Memandang
rembulan
menghitung
bintang
tak
kan ada habisnya
karena
mustahil bisa
Berbeda
dengan rembulan
Hanya
ada Satu
Cahayanya
seperti kuntum
Mawar
yang berjatuhan
Keindahan
itu terlihat
Di
balik jendela
Ia
seakan tersenyum padaku
Membuat
resah pun menepi
Indah
pun bersemi
Rasa
seakan utuh
Hai
apa kabar rembulan, malam minggu 19 Desember 2015, sabtu tentunya, dimulai
pukul 6. 46, masih terlihat cahayamu menerangi kamarku, dengan penuh senyuman
kutuliskan keindahanmu dalam bait-bait harapan.
Rembulan
adalah fenomena alam yang patut disyukuri, karenanya kita dapat merasakan
cahaya di kegelapan malam. Walau hati resah, terasa tertusuk sembilu sekalipun,
coba deh lihat kelangit yang hitam, rasa itu akan hilang secara perlahan, berganti
dengan senyuman. Bahkan ada ulama yang mengatakan “barang siapa tidak menghargai nikmat, maka nikmat itu akan diambil
dalam keadaan ia tidak mengetahuinya” oleh Siriy as-Saqathi. Karena itu kita
patut mensyukuri nikmat.
Nah,
manfaatkan waktu yang sedikit ini untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan,
duduk sejenak dan lihat betapa indahnya langit malam. Meski terkadang kita
merasa tidak pantas untuk merasakan nikmat itu, percayalah bahwa tidak ada
manusia yang lupat dari kesalahan dan dosa bahkan Abu Nawas pernah berkata “kuakui
dosaku banyak sekali. Tapi, aku sadar, sesungguhnya rahmat Allah lebih luas dan
lebih besar dari dosa-dosaku” maka nikmatilah hidupmu saat ini, karena
waktu tak akan pernah kembali.
Coba
renungkan lagi, di bawah cahaya rembulan yang bertahtakan kenikmatan,
singkirkan resahmu dan ciptakan zona
bahagiamu, seperti kata Dr Aidh al-Qarni “kemuliaan itu tidak diberikan secara Cuma-Cuma.
Kemuliaan itu didapat dengan kesungguhan dan diperoleh dengan pengorbanan. Rasa
sakit yang sedetik itu terasa bagaikan sehari, dan kenikmatan sehari itu serasa
sedetik. Malam yang bahagia itu terasa sangat pendek, sedangkan malam yang
penuh kedukaan terasa sangat panjang dan berat.”
Lakukan
hal sesuka hati, di bawah rembulan, kerlap-kerlipnya mampu membuatmu jatuh hati
hingga melting, hanya satu pintaku
saat waktu teristimewa ini, semoga malam-malam selanjutnya akan seperti ini,
bisa memandang keindahnnya di balik tirai jendela dengan sayup-sayup angin yang
bersiul berlalu secara perlahan.
Rembulan,
sepertinya aku kehabisan kata-kata untuk mendefinisikan, karena hanya ada satu
kata yang dapat melukiskannya yaitu INDAH.
Sepertinya syair-syair termerdupun mulai
dilantunkan menyeru umat manusia menjalankan ibadahnya. Tibalah saatnya untuk
kuberhenti sejenak memandang rembulan, pada pukul 07. 20.