Sabtu, 19 Desember 2015

MEMANDANG REMBULAN


Memandang rembulan

menghitung bintang
tak kan ada habisnya
karena mustahil bisa

Berbeda dengan rembulan
Hanya ada Satu
Cahayanya seperti kuntum
Mawar yang berjatuhan

Keindahan itu terlihat
Di balik jendela

Ia seakan tersenyum padaku
Membuat resah pun menepi

Indah pun bersemi
Rasa seakan utuh

Hai apa kabar rembulan, malam minggu 19 Desember 2015, sabtu tentunya, dimulai pukul 6. 46, masih terlihat cahayamu menerangi kamarku, dengan penuh senyuman kutuliskan keindahanmu dalam bait-bait harapan.

Rembulan adalah fenomena alam yang patut disyukuri, karenanya kita dapat merasakan cahaya di kegelapan malam. Walau hati resah, terasa tertusuk sembilu sekalipun, coba deh lihat kelangit yang hitam, rasa itu akan hilang secara perlahan, berganti dengan senyuman. Bahkan ada ulama yang mengatakan “barang siapa tidak menghargai nikmat, maka nikmat itu akan diambil dalam keadaan ia tidak mengetahuinya” oleh Siriy as-Saqathi. Karena itu kita patut mensyukuri nikmat.

Nah, manfaatkan waktu yang sedikit ini untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan, duduk sejenak dan lihat betapa indahnya langit malam. Meski terkadang kita merasa tidak pantas untuk merasakan nikmat itu, percayalah bahwa tidak ada manusia yang lupat dari kesalahan dan dosa bahkan Abu Nawas pernah berkata “kuakui dosaku banyak sekali. Tapi, aku sadar, sesungguhnya rahmat Allah lebih luas dan lebih besar dari dosa-dosaku” maka nikmatilah hidupmu saat ini, karena waktu tak akan pernah kembali.

Coba renungkan lagi, di bawah cahaya rembulan yang bertahtakan kenikmatan, singkirkan resahmu  dan ciptakan zona bahagiamu, seperti kata Dr Aidh al-Qarni “kemuliaan itu tidak diberikan secara Cuma-Cuma. Kemuliaan itu didapat dengan kesungguhan dan diperoleh dengan pengorbanan. Rasa sakit yang sedetik itu terasa bagaikan sehari, dan kenikmatan sehari itu serasa sedetik. Malam yang bahagia itu terasa sangat pendek, sedangkan malam yang penuh kedukaan terasa sangat panjang dan berat.”

Lakukan hal sesuka hati, di bawah rembulan, kerlap-kerlipnya mampu membuatmu jatuh hati hingga melting, hanya satu pintaku saat waktu teristimewa ini, semoga malam-malam selanjutnya akan seperti ini, bisa memandang keindahnnya di balik tirai jendela dengan sayup-sayup angin yang bersiul berlalu secara perlahan.

Rembulan, sepertinya aku kehabisan kata-kata untuk mendefinisikan, karena hanya ada satu kata yang dapat melukiskannya yaitu INDAH.  Sepertinya syair-syair termerdupun mulai dilantunkan menyeru umat manusia menjalankan ibadahnya. Tibalah saatnya untuk kuberhenti sejenak memandang rembulan, pada pukul 07. 20.