Sabtu, 13 Februari 2016

CERPEN: SEKUNTUM MAWAR UNTUK ROSE

SINOPSIS
Sekuntum mawar untuk rose, yang setiap kelopaknya memberikan makna keharuman pada sebuah ketulusan, tangkai-tangkainya mengajarkan bahwa sejati itu tercipta berawal dari ketulusan.

Sekuntum Mawar Untuk Rose

“Alhamdulillah, selamat ya sahabatku tercinta. Kamu memang hebat Roja, aku yakin suatu hari nanti kamu pasti akan menjadi orang besar”
“Iya, terima kasih Ros, ini juga berkat doa kalian semua. Aku diterima beasiswa, perjuanganku selama ini tidaklah sia-sia”
“Tapi, kita tidak akan bertemu dalam waktu yang lama. Tenang saja aku akan selalu mengirimkanmu surat setiap minggu, untuk menyemangatimu, bagaimana? Oh iya, kalau Roja sudah liburan nanti, bawakan aku sekuntum bunga rose ya, eh salah mawar. Hehehe.”
Bahagia sekaligus senang, ia menatapku. Rose adalah teman yang selalu bersamaku baik susah maupun senang dari SD sampai SMA, namun sayang kami harus berpisah karena aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di kota. Ia menagangap diriku seperti saudara kandungnya sendiri, sehingga untuk melepas kepergianku ia berusaha untuk terlihat senang di depanku, padahal kutahu ia sangatlah sedih. Ia berjanji akan selalu mengirimkan surat setiap minggu kepadaku, meski jarak antara rumah dan kantor pos sangatlah jauh, karena kondisi keluarganya yang kurang mampu, ia pun tidak memiliki uang untuk membeli handphone seperti orang lain.
Sekuntum mawar adalah pesannya padaku ketika aku kembali ke kampung halaman, ia sangat ingin melihat keindahan dan keharuman bunga itu. setelah ia tahu dari seorang guru di SMA bahwa di balik namanya terisirat makna bahwa rose itu berasal dari bahasa inggris yang berarti mawar, ia pun rajin membaca buku di perpustakaan tentang bunga mawar ini, dan memilki impian untuk melihat sekuntum mawar merah yang tidak pernah ada di kampung.
***
Satu tahun berlalu, ketika kurasa apa yang kuinginkan terasa ada. Menjadi mahasiswai teladan, memiliki IP tertinggi beberapa semester berturut-turut. Banyak yang ingin berteman padaku, terutama cowok populer di kampus itu juga dikabarkan menyukaiku. Hari-hari tampak semupurna bagiku, hampir liburan semester selanjutnya kau tidak ingin pulang ke kampung halaman lagi, karena di sini aku banyak teman, cantik, berwawasan, dan selalu membawaku mengenal hal-hal baru. Surat dari Rose tak pernah kubaca sejak sebulan terkahir. Suratnya hanya kusimpan di dalam lemari saja.  Tapi, sejak sebulan terakhir berlalu itu aku tidak pernah lagi mendapat surat dari Rose. Mungkin ia sudah bosan menulis surat pikirku. Betul apa yang dikatakan Helda padaku tidak ada teman sejati itu, kita menjadi teman karena memilki kepentingan bersama, teman yang baik juga bisa menjadi musuh dalam selimut bagi kita.
Keesokan harinya saat di kampus, saat ujian semester segera berakhir, aku tidak sempat belajar karena diajak nongkrong di café oleh Helda dan teman-teman lainnya. betapa paniknya aku bahwa hari ini adalah ujian kalkulus, apa yang harus kulakukan, aku tidak melihat jadwal. Si Helda melihat kepanikanku pun menepuk pundaku dari belakang secara perlahan.
“Ia udah kamu lihat catatan saja, lihat nih kami semuanya lihat catatan kok. Tenang pengawasnya lagi asyik dengan HP, yang satunya tadi lagi keluar”
Menyontek adalah hal yang pernah aku lakukan sebelumnya, gemetaran bercampur keringat dingin, juga binggung melandaku saat ini. Kalau aku tidak lulus mata kuliah ini, beasiswaku bisa dicabut. Aku pun memberanikan diri melihat catatan dan mulai mengisi di lembar jawabanku. Tidak lama kemudian pengawas galak yang sedang keluar tadi, masuk ke dalam dan melihatku sedang melihat ke bawah meja.
“SAHROJA SAHIRA ANNISA, saya tidak meyangka kamu mahasiswi yang di cap sebagai mahasiswi teladan melakukan perbuatan hina seperti ini. MENYONTEK, itu perbuatan yang sangat memalukan bagi dunia akademik terutama Instansi kita tahu tidak, apalagi agama, apakah ada yang menyontek selain mahasiswi ex-teladan ini HAH”
Semuanya mengeleng. Hanya aku yang ketahuan nyontek. Aku pun dibawa ke kantor untuk di sidang dengan berbagai omelan dari pengawas akhirnya aku pun keluar dari ruangan, dengan ancaman bahwa beasiswaku akan dicabut. dengan perasaan kacau, sekaligus mata memerah, diriku keluar dari ruangan itu. Saat aku hendak kembali ke kelas menyelesaikan ujian terakhirku, orang-orang di sekitar memandangku dengan sinis. Terutama cowok populer itu tidak sama sekali melirikku, ia berlalu pergi ketika berpapasan denganku. helda dan teman-teman di kelasku, memandang sinis padaku.
“Eh ada cewek yang ngakunya pintar, tapi pas diajak nyontek mau juga ya. Tak disangka ya, dia tidak layak menjadi teman kita, sampai-sampai si Dira saja tadi tidak percaya dengan hal itu sungguh kasihan sekali nasibnya”
Aku hanya terdiam, kupikir ia adalah teman terbaikku. Nyatanya ia, seperti yang lainnya malah semakin menjatuhkannku. Setelah pulang kuliah, aku menangis sejadi-jadinya, kumantapkan hatiku untuk pulang ke kampung halaman. Tiba-tiba rasa rindu pada rose bersemayam di benaku. Lalu kuambil surat milik Rose yang sebulan terakhir ia kirim tidak dibaca olehku.
Untuk sahabatku Roja
Semoga kamu di sana selalu baik-baik saja ya. Di sini Rose selalu menantimu, oh iya sebenarnya Rose sangat sedih ketika Roja tidak pulang selama setahun terakhir ini. Tapi Rose menghargai keputusan Roja. Rose berharap roja akan pulang ke kampung ya, agar kita bisa seperti dulu lagi bisa tersenyum bersama, tertawa, juga sedih bersama. Rose tidak sabar ingin mendengar banyak cerita tentang Roja di kota . Oh iya kenapa tiga kali surat yang Rose kirim tidak dibalas oleh Roja, Rose sangat sedih juga rindu dengan Roja. Roja balas ya surat ini, kalaupun tidak ketika Roja pulang nanti harus membawa bunga mawar yang rose pinta itu ya.
Roja, Rose sangat, sangat, sangat, sangat rindu dengan roja. Rindu saat kita bercerita tentang banyak hal. Sekarang Rose merasa kesepian tidak ada Roja di sini, Rose merasa sendiri karena Roja ada teman sekaligus saudara rose selama ini, dan itu tidak akan pernah putus sampai ajal menjemput. Karena rose suka puisi ini, Rose buat khusus untuk mengobati rasa rindu pada Roja,
Untuk sahabatku
Mentari selalu menyinari ikatan persahabatan
Gengaman tangan mengobar di angkasa
Bersorak hingga menggema
Itulah kita duhai sahabat

Sedih, susah, senang  tiada dusta
Mewarnai setiap langkah yang dipijaki
Menginspirasi di setiap gerak denyut nadi
Menjadikan sempurna dalam ikatan persahabatan

Sejati itu akan tercipta jika berawal dari ketulusan
Merangkai kepercayaan lewat semangat
Rangkulan di bahu yang membawa kita bersama-sama
Pada suatu titik tentang indahnya sebuah persahabatan

Roja puisi sederhana ini, kutulis berulang kali untuk dikirim padamu, semoga hatimu terketuk untuk pulang ya. Rose sangat berharap roja pulang libur semester kali ini.

Setelah aku membaca surat yang terakhir yang ia kirim padaku. Air mataku pun menetes, tersadar aku bahwa Rose adalah sahabat yang paling setia menantiku dan selalu mendukungku, ia yang selalu ada di saat aku merasa senang maupun sedih, meski ia tidak berada di sampingku, ia terasa ada di sampingku dan menguatkanku. Aku pun bergegas mengemaskan baju untuk pulang ke kampung halamanku besok tidak lupa kubeli sekuntum mawar untuknya.
***
Sesampaiku di kampung halaman, aku ingin memberikan kejutan kepada Rose, kuhampiri rumahnya sambil membawa sekuntum mawar itu. terlihatlah kepulan asap dari rumah yang berdinding bambu milik Rose. Suasana rumahnya tampak sepi.
“Assalamulaikum, Rose, Rose, Rose, Roja pulang nih” sambil melirik-lirik ke dalam pintu yang terbuka.
Kukira Rose yang keluar, tetapi ibunya yang keluar.
“Bu, Rosenya ada?”
“Mari ikut ibu!”
Ibu rose membawaku berjalan entah ke mana, aku pun tidak bertanya padanya karena senang hendak bertemu dengan rose”
Aku kaget tidak menyangka Rose kini “ROOOOOOOS, kamu kenapa pergi secepat ini, hanya kau saja teman yang paling setia dan mengerti aku Rose, aku kembali Rose, sahabatuku maafkan aku yang pernah mengabaikanmu” aku bersandar pada batu nisan Rose, yang tak kusangka akan terjadi seperti ini.
“Roja, sudahlah ini mungkin sudah menjadi takdir Rose, sebenarnya Rose meninggal sudah beberapa minggu yang lalu, tapi pesan terakhirnya jangan memberitahumu jika ia akan pergi, ia tidak ingin menggangu ujianmu. Rose ditabrak motor saat hendak menyeberang menuju kantor pos. makanya ia tidak pernah mengirimkanmu surat lagi”
“Rose maafkan Roja karena pernah mengabaikanmu, ini saja yang bisa kupersembahkan untuk persahabatan kita sekuntum mawar untukmu rose, semoga kau selalu tenang di kehidupan barumu”