LOVE
STORY IN MY CLASS
Ditemani
dengan pop mie, terasa cocok untuk
menemani saat hujan, juga menemaniku menuangkan sekelumit kisah hari ini. Topik
tentang pasangan hidup tampaknya sedang booming-boomingnya di kelas, apalagi
kalau udah mata kuliah fiqih, pasti pertanyaannya terkadang menyimpang masalah
seputar pernikahan. Jika sudah ,membahas hal tersebut kelas menjadi hidup, yang
ngantuk setengah hati jadi melek sepenuh hati, tertawa sambil senyum-senyum tak
jelas saat mendengar penejelasan dosen.
Ada lagi
ketika dosen masuk melihat kelangkaan lelaki di kelas, mengatakan dunia itu
memang sudah tampak jelas tanda-tanda kiamatnya di kelas ini, laki-lakinya aja
tinggal 5 orang, oh no, terus beliau
bilang buat para cewek-cewek harus siap-siap dimadu, oh gak kebayang apa
jadinya nanti. Teori poligami sepertinya sudah meracuni sebagian pikiran
orang-orang di kelas, sehingga mendoktrin semau hatinya, cieh bahasaku berat
amat dah.
Permasalahannya
adalah kenapa seseorang yang single seperti diharamkan di kelas, sampai-sampai
ada yang bertanya kamu maunya yang seperti apa nanti aku carikan. Mirisnya nasib.
Terus pakai acara dijodoh-jodohin lagi, sekarang bukan zamannya siti nurbaya
lagi ya. Apalagi di setiap kesempatan selalu menggoda tak jelas, terkadang
risih juga sih ngeliatnya.
Bagi sebagian
orang untuk berkomitmen bukanlah hal yang biasa, karena ia memandangnya begitu
istimewa sehingga ia menunggu waktu yang tepat sambil memperbaiki dirinya untuk
menunggu masa itu. Memang cinta yang ditawarkan dalam bentuk pacaran tampak
seperti menggugah, tapi sayangnya tak semua orang menginginkan cinta semacam
itu, cinta adalah sebuah rasa yang patut dihormati, tanpa ternodai sedikit pun
dengan cinta yang semu itu.
cinta
memang terlihat manis di awal, tapi terkadang ada sebuah akhir yang
menyakitkan. Contohnya saja ada orang yang pacaran selama 7 tahun dari sma
sampai kuliah, udah kenal sama keluarga terus putus begitu saja di tahun
ke-7nya, gak mau deh kejadian tersebut terjadi pada diri, semoga saja dijauhkan
amin.