Partikel Semangat Untuk Huda
Badai datang
berkecamuk dalam dada tak henti-hentinya hendak menerobos partikel semangat
yang susah payah dipersatukan dari dimensi yang berbeda, tapi pada hakikatnya
kendali seluruh kehidupan ada di tangan Sang Pencipta.
Senyum
manis kini tak pernah diperlihatkan sosok yang sering bercengkrama dengan kami.
Kos Jamilah seperti kehilangan keceriannya, saat orang yang paling dikagumi
seperti menutup dirinya. Huda Laila namanya, bahkan ia tidak peduli ketika anak
kos yang lainnya membicarakannya. Ia hanya berlalu begitu saja di hadapan
mereka dengan kondisi mata yang membengkak.
Murungnya
kak Huda menjadi misteri bagi kami, terutama aku yang selalu salut di setiap
kata yang ia keluarkan dari bibir mungilnya itu. Sebulan sudah ia seperti itu
tidak mau berbicara kepada kami, apalagi menceritakan masalahnya. Tidak tega
rasanya melihat keceriannya hilang begitu saja. Bahkan tidak ada satu pun di
antara kami anak kos yang berani menanyakan langsung padanya.
Hingga
pada suatu malam ia pun berteriak, sekencang-kencangnya membuat anak kos pada
heboh, tapi tidak berani untuk melihat ke kamarnya.
“Shayyidah,
kenapa kak Huda jadi begitu ya? Kamu kan paling dekat dengannya coba tanya gitu
sama dia!”
“Bukannya
aku tidak mau ya Von, dia itu setiap aku tegur nyahut saja tidak bagaimana aku
mau bertanya padanya, setiap aku mau ke kamarnya pasti selalu di kunci”
“ada
apa dengan kak huda? sungguh misteri sekali, apalagi ia paling tua di antara
kita-kita di sini” Voni berkata sambil menerawang-nerawang
“Apa
yang harus kita lakukan ya? Aku kasihan melihatnya seperti orang yang sudah
putus asa, kondisi kamarnya saja sudah sebulan ini aku tidak pernah melihatnya
lagi” aku pun berpikir sambil menopang dagu.
“Kalau
begitu kita harus membantu kak Huda untuk tersenyum lagi, bagaimana?”Voni
menemukan ide
“Aku
setuju, kita susun rencana besok, dan satu hari itu kita sudah harus mengetahui
permasalahan dan solusinya” kami pun sepakat
***
Pagi
Aku
dan voni pun memulai untuk menjalankan rencana kami tadi malam, aku bertugas
untuk mengawasi kamarnya dari kamarku yang kebetulan bersebelahan dengan
kamarnya. Dan si Voni karena hari ini ada mata kuliah, dan ia pun akan bertanya
dengan teman sekelas kak Huda, yang sering nongkrong di perpustakaan.
Kutunggu
suara pintunya terbuka, tapi tak kunjung dibukanya. Suara tangisan sepertinya
selalu menghiasi kamar kak huda, aku hanya berdoa saat kak huda pergi ke wc
kamarnya tidak di kunci. Waktu yang kutunggu akhirnya tiba juga, suara pintunya
dibukanya perlahan, aku pun siap siaga untuk menerobos masuk ke dalam kamarnya,
kak huda pun masuk ke dalam wc. Aku bergerak seperti Charlie chaplin masuk
cepat ke dalam kamarnya, aku tercengang saat masuk ke dalam kamarnya…………….
Siang
Saat
mata kuliah usai si Voni pun mulai melancarkan aksinya untuk ke perpustakaan,
terlihatlah kak Ina sedang mencari-cari buku.
“kak
Ina, boleh tanya sebentar ini masalah kak Huda?”
“Kamu
tidak lihat saya lagi sibuk cari buku”
“Ayolah
kak, tidak kasihan apa lihat temannya seperti orang yang putus asa?” Tanya Voni
sambil meyakinkan kak Ina untuk mengatakan yang sebenarnya.
Kak
Ina pun menghela nafas sejenak “heeeeeeeeeeeeeeh”
Malam
Aku
dan voni saling tatap-tapan
“Von
aku tak pernah menyangka ternyata”
“Aku
juga tidak pernah menduga akan seperti itu, Shayyidah”
“Tadi
saat aku masuk ke kamarnya kak Huda yang kulihat adalah 12 kertas yang di
tempelkan di dinding kamarnya bertuliskan judul skrpsi yang ditolak”
“Ya
ampun sebanyak itu Sha, aku tak pernah menyangka, pantas kak Huda segitu galaunya”
“Tadi
juga kak Ina teman sekelasnya bilang kalau kak Huda lagi kesusahan skripsinya.
itu saja tadi, tapi ia tidak bilang sampai kalau kak huda judulnya ditolak
sebanyak itu”
”
Lalu apa yang harus kita lakukan Von? Masa kita diam saja, melihat saudara kita
menderita seperti itu”
***
Tok tok tok
“Kak
huda, miss you” aku memeluknya saat
ia membuka pintu kamarnya dan Voni pun ikut memeluknya juga
“Ada
apa kalian memelukku”
“Kak
maafkan kami karena telat tahu apa yang sedang kakak alami. Kak jangan pernah
putus asa”
“Kak
kembalilah seperti dulu, Huda yang selalu menebar senyum kepada siapa pun,
memberikan semangat kepada teman-temannya, pantang menyerah, dan berprestasi,
mungkin kakak tidak pernah merasakan kegagalan sebelumnya dan inilah saatnya
kakak diuji, kak ketahuilah bahwa dibalik kesuksesan seseorang pasti ia pernah
mengalami kegagalan” Voni berusaha meyakinkan kak Huda
“Kak
Huda itu beruntung loh karena memilki partikel semangat yang bisa menguatkan,
pertama partikel yang bisa menguatkan kakak adalah harapan orang tua itulah
terkadang yang bisa menguatkan kita, kedua, partikel dari kami teman-temanmu
yang tak akan pernah meninggalkanmu kak, ketiga, partikel yang paling
menentukan kehidupan kita kelak yaitu Allah kak. Cobalah untuk bangkit kembali,
tawakal, sabar serta mengikhlaskan semua yang telah kakak lakukan, kami yakin
kakak bisa dan mampu untuk menemukan judul yang ketiga belas ini. ingat partikel-partikel
semangat apabila telah disatukan akan mengahasilakan kekuatan semangat mahadahsyat
jika kakak memikirkannya” aku berusaha meyakinkannya kembali
Kak
Huda pun memeluk kami, hingga matanya berkaca-kaca dan menjatuhkan butir-betir
bening berisi air mata haru……..