Sabtu, 12 Maret 2016

CERPEN: PARTIKEL SEMANGAT UNTUK HUDA

Partikel Semangat Untuk Huda
Badai datang berkecamuk dalam dada tak henti-hentinya hendak menerobos partikel semangat yang susah payah dipersatukan dari dimensi yang berbeda, tapi pada hakikatnya kendali seluruh kehidupan ada di tangan Sang Pencipta.

Senyum manis kini tak pernah diperlihatkan sosok yang sering bercengkrama dengan kami. Kos Jamilah seperti kehilangan keceriannya, saat orang yang paling dikagumi seperti menutup dirinya. Huda Laila namanya, bahkan ia tidak peduli ketika anak kos yang lainnya membicarakannya. Ia hanya berlalu begitu saja di hadapan mereka dengan kondisi mata yang membengkak.
Murungnya kak Huda menjadi misteri bagi kami, terutama aku yang selalu salut di setiap kata yang ia keluarkan dari bibir mungilnya itu. Sebulan sudah ia seperti itu tidak mau berbicara kepada kami, apalagi menceritakan masalahnya. Tidak tega rasanya melihat keceriannya hilang begitu saja. Bahkan tidak ada satu pun di antara kami anak kos yang berani menanyakan langsung padanya.
Hingga pada suatu malam ia pun berteriak, sekencang-kencangnya membuat anak kos pada heboh, tapi tidak berani untuk melihat ke kamarnya.
“Shayyidah, kenapa kak Huda jadi begitu ya? Kamu kan paling dekat dengannya coba tanya gitu sama dia!”
“Bukannya aku tidak mau ya Von, dia itu setiap aku tegur nyahut saja tidak bagaimana aku mau bertanya padanya, setiap aku mau ke kamarnya pasti selalu di kunci”
“ada apa dengan kak huda? sungguh misteri sekali, apalagi ia paling tua di antara kita-kita di sini” Voni berkata sambil menerawang-nerawang
“Apa yang harus kita lakukan ya? Aku kasihan melihatnya seperti orang yang sudah putus asa, kondisi kamarnya saja sudah sebulan ini aku tidak pernah melihatnya lagi” aku pun berpikir sambil menopang dagu.
“Kalau begitu kita harus membantu kak Huda untuk tersenyum lagi, bagaimana?”Voni menemukan ide
“Aku setuju, kita susun rencana besok, dan satu hari itu kita sudah harus mengetahui permasalahan dan solusinya” kami pun sepakat
***
Pagi
Aku dan voni pun memulai untuk menjalankan rencana kami tadi malam, aku bertugas untuk mengawasi kamarnya dari kamarku yang kebetulan bersebelahan dengan kamarnya. Dan si Voni karena hari ini ada mata kuliah, dan ia pun akan bertanya dengan teman sekelas kak Huda, yang sering nongkrong di perpustakaan.
Kutunggu suara pintunya terbuka, tapi tak kunjung dibukanya. Suara tangisan sepertinya selalu menghiasi kamar kak huda, aku hanya berdoa saat kak huda pergi ke wc kamarnya tidak di kunci. Waktu yang kutunggu akhirnya tiba juga, suara pintunya dibukanya perlahan, aku pun siap siaga untuk menerobos masuk ke dalam kamarnya, kak huda pun masuk ke dalam wc. Aku bergerak seperti Charlie chaplin masuk cepat ke dalam kamarnya, aku tercengang saat masuk ke dalam kamarnya…………….
Siang
Saat mata kuliah usai si Voni pun mulai melancarkan aksinya untuk ke perpustakaan, terlihatlah kak Ina sedang mencari-cari buku.
“kak Ina, boleh tanya sebentar ini masalah kak Huda?”
“Kamu tidak lihat saya lagi sibuk cari buku”
“Ayolah kak, tidak kasihan apa lihat temannya seperti orang yang putus asa?” Tanya Voni sambil meyakinkan kak Ina untuk mengatakan yang sebenarnya.
Kak Ina pun menghela nafas sejenak “heeeeeeeeeeeeeeh”
Malam
Aku dan voni saling tatap-tapan
“Von aku tak pernah menyangka ternyata”
“Aku juga tidak pernah menduga akan seperti itu, Shayyidah”
“Tadi saat aku masuk ke kamarnya kak Huda yang kulihat adalah 12 kertas yang di tempelkan di dinding kamarnya bertuliskan judul skrpsi yang ditolak”
“Ya ampun sebanyak itu Sha, aku tak pernah menyangka, pantas kak Huda segitu galaunya”
“Tadi juga kak Ina teman sekelasnya bilang kalau kak Huda lagi kesusahan skripsinya. itu saja tadi, tapi ia tidak bilang sampai kalau kak huda judulnya ditolak sebanyak itu”
” Lalu apa yang harus kita lakukan Von? Masa kita diam saja, melihat saudara kita menderita seperti itu”
***
Tok tok tok
“Kak huda, miss you” aku memeluknya saat ia membuka pintu kamarnya dan Voni pun ikut memeluknya juga
“Ada apa kalian memelukku”
“Kak maafkan kami karena telat tahu apa yang sedang kakak alami. Kak jangan pernah putus asa”
“Kak kembalilah seperti dulu, Huda yang selalu menebar senyum kepada siapa pun, memberikan semangat kepada teman-temannya, pantang menyerah, dan berprestasi, mungkin kakak tidak pernah merasakan kegagalan sebelumnya dan inilah saatnya kakak diuji, kak ketahuilah bahwa dibalik kesuksesan seseorang pasti ia pernah mengalami kegagalan” Voni berusaha meyakinkan kak Huda
“Kak Huda itu beruntung loh karena memilki partikel semangat yang bisa menguatkan, pertama partikel yang bisa menguatkan kakak adalah harapan orang tua itulah terkadang yang bisa menguatkan kita, kedua, partikel dari kami teman-temanmu yang tak akan pernah meninggalkanmu kak, ketiga, partikel yang paling menentukan kehidupan kita kelak yaitu Allah kak. Cobalah untuk bangkit kembali, tawakal, sabar serta mengikhlaskan semua yang telah kakak lakukan, kami yakin kakak bisa dan mampu untuk menemukan judul yang ketiga belas ini. ingat partikel-partikel semangat apabila telah disatukan akan mengahasilakan kekuatan semangat mahadahsyat jika kakak memikirkannya” aku berusaha meyakinkannya kembali

Kak Huda pun memeluk kami, hingga matanya berkaca-kaca dan menjatuhkan butir-betir bening berisi air mata haru……..