Rabu, 20 Juli 2016

D E T A K

D                                                                                             D                                                                                             D
E                                                                             E                                                                    E
T                                                             T                                                             T
A                                             A                                             A
K                             K                             K


Dentuman suara hati tergambar lewat detak yang berpacu kencang, secepat mungkin. aku yang berjalan perlahan dengan wajah tertunduk terasa detak jantungku begitu kuat, saat ada seorang yang berlalu begitu saja di sampingku, bahkan aku tak mengerti ini tidak seperti biasanya bahkan detak itu tidak dapat kuhitung banyaknya. Aku memegang kea rah jantungku, kemudian aku mematung di tempat tersebut, dunia seakan berhenti dan hanya detak jantung yang bisa kudengar.
“dinara, dinara, DINARA ada apa?” amara berusaha untuk menyadarkan aku
Aku pun tersadar dari lamunanku.
“iya am” sambil mengelus kepala yang dibasahi keringat.
“kamu kenapa din, kamu seperti diam mematung sih, kamu sakit? Atau ada sesuatu yang menggangu pikiranmu” amara bertanya padaku
“nanti aku ceritakan ya, belanjaan kita banyak nih am” aku dan amara pun pergi ke mobil menyimpan barang belanjaan dan menuju ke toko milik kami
***
“din tadi kamu kenapa? Aku merasa ada yang tidak beres. waktu di mall kamu tiba-tiba berhenti dan itu sangat lama, aku saja memangilmu sekuat-kuatnya kamu tidak menoleh sedikit pun, ada apa din? Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya” amara mengoyang-goyangkan badanku memohon padaku untuk menceritakan apa yang kualami.
“am, aku juga tidak mengerti kenapa hal itu terulang lagi, dan kejadian itu pernah aku alami di masa lalu. ini tentang detak”
“DETAK?”
***
Dulu aku tidak pernah kepikiran apa lagi merencanakan untuk memakai hijab, itu semua karena kampusku yang menuntut setiap mahasiswi untuk mengenakannya. Hal itu terjadi karena keambiusanku dikuasai oleh keraguan. kampus yang ingin kutuju gagal aku masuki dan jadilah aku di kampus biru tersebut.
Pertemuanku dengan teman-teman baru membuat perasaanku campur aduk, ada seorang pria yang duduk di hadapanku, aku pun bergumam dalam hati. ini orang berkacamata pasti pintar, kalau orang seperti dia ini pasti sombong. Tidak lama kemudian mata kuliah dimulai dan benar argumentasinya cukup menarik perhatian, hingga membuat decak kagum. 
Hari-hari yang kulalui masa-masa di kampus membuatku tersadar bahwa kehidupan tidak selama harus memiliki ambisius pada cita-cita, tetapi ada yang harus dilakukan oleh setiap muslimah yaitu menjalankan syariat islam dengan hakiki. Di sanalah aku terilhami mempelajari ilmu agama, walau tak jarang semua itu terkalahkan oleh rasa malas, namun hari demi hari banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku.
Sampai suatu ketika para pria menggombaliku dengan rayuan buayanya hingga semua tertawa, yang menjadi penghibur saat menunggu dosen. Lalu seseosok pria datang padaku berkata
“dinara kalau ada yang melamarmu saat ini bagaimana, dan orangnya adalah saya apa kamu akan menerimanya?”
namanya Erlan pria berkacamata itu membuat orang mematung beberapa menit mendengar perkataannya aku yang mendengarnya saja hampir membeku menjadi frozen. Tak  tahu harus kujawab apa, detak ku serasa menggema hingga satu ruangan itu, pertama kali itulah kurasakan detak yang kusimpan rapat-rapat meski hal itu bisa terlihat dari wajah sebanyak tiga kali ia mengulangi perkataanya tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutku dan hal itu membuatnya pergi dari pandanganku.
Salahkah diriku hanya bisa untuk menyimpan rapat-rapat detak itu. detak pertama yang hampir membuatku tak percaya apakah aku berada di negeri dongeng. Pertemuan dengan sang jodoh memang selalu menyisakan tanda Tanya dibenaku apakah akan seperti di film, sinetron, atau drama korea. Ketika hujan kami dihentikan dan pertemuan itu pun menjadi romantisme bersama derai-derai air hujan, dan aku selalu menghayal akan hal itu.
Menikah, bagiku tidak hanya sehari dua hari. Memang begitu mudah untuk mengucapkannya tapi untuk mempertahankannya butuh kesabaran dan keikhlasan seumur hidup tuk memahami dari masing-masing pasangan.
Jawaban tidak pernah terlontar dariku, dan komitmenku dari dulu adalah mengapai mimpi-mimpiku sambil berproses menjadi dewasa dan bisa membahagiakan orang tua adalah hal yang ingin kulakukan sebelum menjalin hubungan dengan seseorang nantinya.
Memang tidak dapat kupungkiri bahwa kuingin detak itu menjadi pertama dan terakhir, dan akan terbuktikan pada waktu yang tepat.
Setelah ia pergi begitu saja di hadapanku, dan aku hanya bisa membisu dengan ribuan argumen yang memenuhi kepalaku. Setelah itu ia tidak pernah menyapa hingga keberadaannya tidak pernah kutahu selama bertahun-tahun, seperti detak yang kehilangan sebab yang hanya bisa menyimpan rapat-rapat detak itu sampai hembusan terakhir.
***
“din, din, DINARA, kau kenapa jadi nangis, sakit ya menyimpan rasa itu sangat lama. Hal itu memang tidak bisa disimpan sendiri kita harus menceritakan pada orang yang memang kita percaya agar ada solusi atau setidaknya itu mengurangi beban”
“aku berharap ia tidak pernah muncul lagi, sejak ia mulai menjauh dariku dan hanya bisa memandangku dari jauh dan pandangannya pun menghilang begitu lama, tapi kenapa detak itu kembali lagi seperti pertama kali ia berdetak dan itu membuatku mengingat kenangan lama yang belum bisa kuhapus sampai saat ini” suara ku pun tak terkontrol hijabku basah tak terbendung lagi.
“din, jangan kuat-kuat nanti pelangan kita kabur dengar tangisanmu, tuh kan benar ada pelangan sudah hapus air matamu itu coba lihat bunga-bunga itu setelah ia disirami dengan air ia akan segar kembali kan, dan kehidupan barumu tidak akan bahagia, jika kamu bisa melepaskannya dengan keikhlasan yang sangat tulus din percayalah, aku ke sana dulu ya pembelinya sudah nunggu lama tuh” amara pun pergi untuk melayani pembeli bunga itu.
“oh ya mbak ini krisan ini tolong dikirim pada tiara ya, tulis saja for tiara from Erlan, terima kasih ya mbak”
Erlan apa itu dia, detak itu tidak lagi ada dan kulihat kepergiannya dari jauh dan kupastikan bahwa itu benar dia. mengapa tidak ada lagi detak itu, mungkin hatiku sudah bisa untuk melepaskannya seperti ia merelakanku dengan ketulusan yang ada dan akan selalu menjadi bagian dari rahasia detak yang tak pernah satu pun orang rasakan.