D D D
E E E
T T T
A A A
K K K
Dentuman suara hati tergambar lewat detak yang berpacu kencang,
secepat mungkin. aku yang berjalan perlahan dengan wajah tertunduk terasa detak
jantungku begitu kuat, saat ada seorang yang berlalu begitu saja di sampingku,
bahkan aku tak mengerti ini tidak seperti biasanya bahkan detak itu tidak dapat
kuhitung banyaknya. Aku memegang kea rah jantungku, kemudian aku mematung di
tempat tersebut, dunia seakan berhenti dan hanya detak jantung yang bisa
kudengar.
“dinara, dinara, DINARA ada apa?” amara berusaha untuk menyadarkan
aku
Aku pun tersadar dari lamunanku.
“iya am” sambil mengelus kepala yang dibasahi keringat.
“kamu kenapa din, kamu seperti diam mematung sih, kamu sakit? Atau
ada sesuatu yang menggangu pikiranmu” amara bertanya padaku
“nanti aku ceritakan ya, belanjaan kita banyak nih am” aku dan amara
pun pergi ke mobil menyimpan barang belanjaan dan menuju ke toko milik kami
***
“din tadi kamu kenapa? Aku merasa ada
yang tidak beres. waktu di mall kamu tiba-tiba berhenti dan itu sangat lama,
aku saja memangilmu sekuat-kuatnya kamu tidak menoleh sedikit pun, ada apa din?
Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya” amara mengoyang-goyangkan badanku
memohon padaku untuk menceritakan apa yang kualami.
“am, aku juga tidak mengerti kenapa hal
itu terulang lagi, dan kejadian itu pernah aku alami di masa lalu. ini tentang
detak”
“DETAK?”
***
Dulu aku tidak pernah kepikiran apa lagi
merencanakan untuk memakai hijab, itu semua karena kampusku yang menuntut
setiap mahasiswi untuk mengenakannya. Hal itu terjadi karena keambiusanku
dikuasai oleh keraguan. kampus yang ingin kutuju gagal aku masuki dan jadilah
aku di kampus biru tersebut.
Pertemuanku dengan teman-teman baru
membuat perasaanku campur aduk, ada seorang pria yang duduk di hadapanku, aku
pun bergumam dalam hati. ini orang berkacamata pasti pintar, kalau orang
seperti dia ini pasti sombong. Tidak lama kemudian mata kuliah dimulai dan benar
argumentasinya cukup menarik perhatian, hingga membuat decak kagum.
Hari-hari yang kulalui masa-masa di
kampus membuatku tersadar bahwa kehidupan tidak selama harus memiliki ambisius
pada cita-cita, tetapi ada yang harus dilakukan oleh setiap muslimah yaitu
menjalankan syariat islam dengan hakiki. Di sanalah aku terilhami mempelajari
ilmu agama, walau tak jarang semua itu terkalahkan oleh rasa malas, namun hari
demi hari banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku.
Sampai suatu ketika para pria
menggombaliku dengan rayuan buayanya hingga semua tertawa, yang menjadi
penghibur saat menunggu dosen. Lalu seseosok pria datang padaku berkata
“dinara kalau ada yang melamarmu saat
ini bagaimana, dan orangnya adalah saya apa kamu akan menerimanya?”
namanya Erlan pria berkacamata itu
membuat orang mematung beberapa menit mendengar perkataannya aku yang
mendengarnya saja hampir membeku menjadi frozen. Tak tahu harus kujawab apa, detak ku serasa
menggema hingga satu ruangan itu, pertama kali itulah kurasakan detak yang
kusimpan rapat-rapat meski hal itu bisa terlihat dari wajah sebanyak tiga kali
ia mengulangi perkataanya tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutku dan hal
itu membuatnya pergi dari pandanganku.
Salahkah diriku hanya bisa untuk
menyimpan rapat-rapat detak itu. detak pertama yang hampir membuatku tak
percaya apakah aku berada di negeri dongeng. Pertemuan dengan sang jodoh memang
selalu menyisakan tanda Tanya dibenaku apakah akan seperti di film, sinetron,
atau drama korea. Ketika hujan kami dihentikan dan pertemuan itu pun menjadi
romantisme bersama derai-derai air hujan, dan aku selalu menghayal akan hal
itu.
Menikah, bagiku tidak hanya sehari dua
hari. Memang begitu mudah untuk mengucapkannya tapi untuk mempertahankannya
butuh kesabaran dan keikhlasan seumur hidup tuk memahami dari masing-masing
pasangan.
Jawaban tidak pernah terlontar dariku,
dan komitmenku dari dulu adalah mengapai mimpi-mimpiku sambil berproses menjadi
dewasa dan bisa membahagiakan orang tua adalah hal yang ingin kulakukan sebelum
menjalin hubungan dengan seseorang nantinya.
Memang tidak dapat kupungkiri bahwa
kuingin detak itu menjadi pertama dan terakhir, dan akan terbuktikan pada waktu
yang tepat.
Setelah ia pergi begitu saja di
hadapanku, dan aku hanya bisa membisu dengan ribuan argumen yang memenuhi
kepalaku. Setelah itu ia tidak pernah menyapa hingga keberadaannya tidak pernah
kutahu selama bertahun-tahun, seperti detak yang kehilangan sebab yang hanya
bisa menyimpan rapat-rapat detak itu sampai hembusan terakhir.
***
“din, din, DINARA, kau kenapa jadi
nangis, sakit ya menyimpan rasa itu sangat lama. Hal itu memang tidak bisa
disimpan sendiri kita harus menceritakan pada orang yang memang kita percaya
agar ada solusi atau setidaknya itu mengurangi beban”
“aku berharap ia tidak pernah muncul
lagi, sejak ia mulai menjauh dariku dan hanya bisa memandangku dari jauh dan
pandangannya pun menghilang begitu lama, tapi kenapa detak itu kembali lagi
seperti pertama kali ia berdetak dan itu membuatku mengingat kenangan lama yang
belum bisa kuhapus sampai saat ini” suara ku pun tak terkontrol hijabku basah
tak terbendung lagi.
“din, jangan kuat-kuat nanti pelangan
kita kabur dengar tangisanmu, tuh kan benar ada pelangan sudah hapus air matamu
itu coba lihat bunga-bunga itu setelah ia disirami dengan air ia akan segar
kembali kan, dan kehidupan barumu tidak akan bahagia, jika kamu bisa
melepaskannya dengan keikhlasan yang sangat tulus din percayalah, aku ke sana
dulu ya pembelinya sudah nunggu lama tuh” amara pun pergi untuk melayani
pembeli bunga itu.
“oh ya mbak ini krisan ini tolong
dikirim pada tiara ya, tulis saja for tiara from Erlan, terima kasih ya mbak”
Erlan apa itu
dia, detak itu tidak lagi ada dan kulihat kepergiannya dari jauh dan kupastikan
bahwa itu benar dia. mengapa tidak ada lagi detak itu, mungkin hatiku sudah
bisa untuk melepaskannya seperti ia merelakanku dengan ketulusan yang ada dan akan
selalu menjadi bagian dari rahasia detak yang tak pernah satu pun orang
rasakan.