JCREPUSCOLOJ
Sihir
senja
Dentingan
tanpa suara mengusikku
Tak
tahu seperti apa bentuknya
Tatapan
tertuju pada satu titik
Tidak
ada yang bisa menghalangi
Semakin
lama-semakin aneh
Sejauh
mata memandang
Ia
tampak nyata
Ia
berubah hitugan waktu
Puncaknya
adalah ketika
Ronanya
semakin mendekati
Berwana
semakin jingga keunguan
Saat
itulah langit seakan disulap
Seindah
kekuatan sihir yang merasuk
Ke
dalam diri
Andai
kupunya kekuatan akan Kusihir
Langit
hitam berkelabu di sore hari
Menjadi senja yang selalu menampilkan
Keindahan
sakralnya
Kalau
boleh kupinjam mantra sihir milik
Harry
potter beserta tongkatnya
Biar
tidak ada yang berubah pada langit sore
Dengan
berucap adrakadabra
“Huahaahah, ngantuk rasanya dengar puisi
si Syeril itu” aku pun menguap dan menyimpan kepala di atas tangan yang
bersila.
“Itu
tandanya kamu sudah terkena sihirnya puisi Syerin itu” Cikha yang menopang
dagu pun menjawab ucapanku.
***
“Sebelah
sana atau sebelah sananya lagi ya, em sepertinya di sana deh” aku bingung
dengan rute kota Venice yang menuju ke kanalnya, aku pun berjalan sambil
memegang peta sambil mengigit jari, sambil kulihat segerombolan burung berwarna
putih yang sedang diberi makan.
“Permisi,
anda dari Indonesia ya” seperti ada
seorang lelaki telah mengikuti perjalananku dari tadi.
Aku
pun membalik badan dan ternyata……………………………….
Sosoknya
begitu tampan dengan sepasang lesung pipitnya, seperti memancarkan sinar saat
ia memakai baju berwarna putih. Masa cowok kece
begini mau ngerampok pikirku, tapi ada yang mencurigakan tampaknya yang putih
bule itu kok bisa bahasa Indonesia, lama aku terpana memandangnya.
“Mbak-mbak,
permisi, hello” ia melambaikan tangannya kepadaku sambil membungkukan badannya
yang tinggi itu.
“Oh
yam as maaf, hehe. Kok mas bisa bahasa Indonesia tampang bule begini”
“Menurut
mbak bagaimana?................. ya saya orang Indonesialah kebetulan saya
sedang kuliah di sini, tadai saya pas lewat sini dengar mbak sedang kebingungan
mencari tempat, insya Allah saya bisa bantu mbak” weh alim lagi tu orang, ini orang bagaikan malaikat bersayap putih
yang dikirimkan di saat seperti ini.
“Em jangan panggil saya mbak ya, saya
masih muda kok. Nama saya Azura , sebenarnya saya mau ke tempat
mangkalnya para gondola itu, rencananya ingin naik itu kebetulan saya belum
pernah, hari ini kan weekend, jadi
kuliahnya libur gitu sekalian refreshing,
makanya bawa peta ini biar gak nyesat. Hehe”
sambil kugaruk-garuk kepala
“Oh
begitu. Oke mbak kenalkan saya Syahrul, bukan Syahrukhan, panggil saja Syah
biar lebih kebulean sedikit, ayo mari saya antarkan ke sana”
Kami
pun berjalan menuju pangkalan para gondola, mereka seperti serdadu yang siap
menjemput rezeki dengan beragam ekspersi
dan aksi yang mereka tawarkan.
“Saya
ingin naik gondola yang itu saja, bagaimana kalau kamu ikut juga, sekalian
bernegosiasi ya, dari pada nanti rugi, hehehe”
Syah
pun menggelngkan kepalanya. Entah apa yang ia ucapkan kepada manula itu hingga
menganggukan kepalanya.
“Oke
kita naik ke situ, gondoliernya sudah
oke katanya” sambil membawaku menuju ke arah gondola.
“Oke”
sambil kubentuk jari tanganku dengan seperti huruf o
Gondola
itu pun perlahan berjalan, hanya aku dan dia bersama gondolier yang berdiri
mengayuh untuk berjalan melewati kanal-kanal itu
“Sungguh
indah ya, apalagi pemandangan di sampingnya itu oh romentiknya” sambil tanganku
meminkan airnya
Suara
gondolier yang berpapasan dengan kami terdengar jelas begitu romantisnya
nyanyian yang ia senandungkan mengunakan bahasa italia.
“Kok
gondolier punya kita tidak ada nyanyi seperti yang tadi sih, tapi tak apalah
menikmati pemandangan ini saja sudah cukup. Ada tidak ya gondolier yang
bersenandung ayat al-Quran gitu,hehe” candaku yang memecah suasana hening, ia
pun mengerutkan dahinya.
“Wah hari sudah semakin sore ya, coba
lihat langit begitu indah ya dengan warna jingga keunguannya. Aku suka itu,
duduk di atas gondola sambil menikmati keindahan ke segala penjuru arah”
“Crepuscolo” sang gondolier itu pun baru
bersuara
“Apaan
tuh kata si gondolier, udah selesai ya jalannya” tanyaku penasaran
“Apa
spesialnya dari senja ia hanya membuat langit berubah menjadi jingga terus
berubah menjadi gelap itu saja”
“Itulah
yang membuatnya menjadi begitu spesial, karena ia hanya sebentar dan fasenya
itu sayang untuk dilewatkan, senja itu seperti simbol batas akhir yang memuncak dengan
keindahannya, terbayang olehku jika ada seseorang berjanji akan bersama-sama
menanti senja terindah di setiap sore” aku tersenyum penuh berkaca-kaca untuk
mengatakan itu dan ia hanya memandangku dengan heran.
“Wow kata singkat yang cukup mewakili isi
hati ya, wah sepertinya sudah magrib, lihatkan fase lembayungnya sudah tiba
gondolanya pun sudah menepi” Syah menunjuk kelangit yang penuh dengan warna
jingga keunguan itu.
Sejak
saat itu aku berharap untuk bertemu dengannya setiap harinya di kanal dengan
gondola yang sama. Manula yang tidak kuketahui namanya itu menatap senyum
padaku dan mempersilahkan duduk di gondolanya. Aku berharap ia akan datang
menemaniku seperti kemarin sore. Tapi gondolanya
melaju dengan perlahan seperti biasa hingga menjauh dari pangkalannya, aku pun menopang
dagu karena tidak ada dia di sini. Akhir pekan yang selalu kupercaya bisa
mempertemukan kami di fase paling romantis ternyata hanyalah harapan kosong
semata.
Sebulan
sudah tidak pernah kulihat ia di kanal
itu, seakan raganya menghilang begitu saja tanpa kabar. Saat ia tidak pernah datang lagi ke kanal itu,
aku hanya menunggunya di pangkalan hingga tibanya senja. Mungkin aku terlalu
berharap banyak, bisa saja ia hanya ingin membantuku saja. Meski ia tidak akan
pernah datang ke sini lagi aku akan selalu menanti senja tanpa gondola juga
tentunya. Tapi hari pertama di bulan Mei ini ingin rasanya diriku mengitari
kota air ini dengan gondola, kulihat manula yang pernah mengantarkan kami dulu,
tak apalah sendiri pikirku
“Sir-sir”
aku memanggilnya, dan ia pun mengangukan kepalanya tanpa bersuara aku pun
naik di gondola
Dari arah
belakang, seperti ada beban yang tidak biasa menurutku dan saat aku menoleh kea
rah belakang, ternyata itu dia dengan kemeja krimnya serupa senja yang
memancarkan senyumnya padaku, akhirnya ia datang juga setelah sekian lama
penantian hampaku
“Azura,
ada yang ingin kupersembahkan untukmu”
Crepuscolo
Buonasera
azura
Come
sta azura
Piacere
di conoscerti azura
Mi
dispiace azura
Ku
tahu kau telah menunggu
Sangat
lama hanya di temani senja
Aku
patut berterima kasih pada senja
Karena
berkatnya kau sabar menantiku
Awal pertemuan
disaksikan senja
Di atas
gondola hatiku sudah terpana
Mendengar
ucapanmu tentang keindahan
Crepuscolo,
inilah puisi sederhana yang bisa
Kupersembahkan
untukmu AZURA
Tt
amo
***
“Syah Romantisnya puisi yang
kau persembahkan untukku terima kasih”
suara ku sangat keras hingga membuat orang terkaget melihat
tepuk tanganku dengan mata terpejam
“AZURA, kamu tidur ya dari
tadi, sampai ngigau lagi. Malu-maluin kamu, sudah cuci muka sana” Kata guru bahasa Indonesiaku. Aku pun tersipu
malu dengan teman-temanku ternyata itu hanyalah mimpiku saja.
J TI AMO J