Life’s
Journey
Saat membaca buku Lifes Journey karya bapak Komaruddin Hidayat, dicetak pada tahun
2013, yang berjumlah 280 halaman. Diterbitkan di Jakarta oleh Noura Book. Gaya
bahasanya yang santai namun mendidik cocok dibaca semua kalangan. Buku ini
membicarakan tentang menyemangati seseorang dalam pandangan psikologi, karena
memang beliau ahli dibidang psikologi dan terkenal dengan buku Psikologi
Kematian.
Buku Lifes Jorney ini dipinjam di perpustakaan daerah provinsi
Kalimantan Barat, dan selesai membacanya sekitar 6 hari. Alasan mengapa memilih
buku ini, kronologisnya sebagai berikut, dikarenakan semangat mulai menurun,
ada sebuah inisiatif untuk mencari buku motivasi, dan pada saat melihat deretan
buku motivasi, buku ini tidak menarik perhatian, tapi setelah dipikir-pikir aku
memutuskan untuk mengambil buku ini. Aku suka buku ini adalah karena bahasanya
yang santai dan tidak bertele-tele sangatlah keren. Hingga ada beberapa kutipan
dari buku ini yang kurasa patut diselipkan sebagai arsip bahwa aku pernah
membaca buku ini, berikut kata-katanya.
Halaman 87 memuat
kata-kata “Dalam diri manusia terdapat
dorongan laten untuk menjadi sang alturi, yaitu perasaan bahagia melihat
dirinya bermakna ketika sanggup membahagiakan orang lain.”
Karena berhubung hari
pahlawan aku juga suka dengan kata-kata ini “Kita pantas berbangga dan respek kepada para pejuang pendiri bangsa dan
Negara, tanpa mereka kita tidak akan merasakan bebas dalam hal apa pun"
Di halaman 102 ini
membuatku menganggukan kepala sambil memelototinya “Dalam setiap diri manusia selalu tersembunyi bakat yang hebat untuk
menciptakan karya yang hebat pula. Setiap individu memiliki talenta untuk
berbuat besar sebagai warisan hidupnya.”
Ini yang wajib kita
ketahui “Tiga pilar kebahagiaan
seseorang, yaitu having a good family life, having a good job, dan having good
friends and community.”
Kata-kata ini membuatku
tersadar kata-kata yang sering diucapkan pada seseorang tanpa seni,
menjadikanya sebuah seni topik dalam tulisan “Sibuk seakan menjadi mantra baru. Ketika bertemu teman, dulu orang
masih sempat berbincang-bincang tentang kehidupan keluarga dan cerita hobi
masing-masing. Sekarang semuanya telah berubah, pertanyaan yang kerap muncul
adalah: sekarang lagi sibuk apa?”
Memang ada banyak
kata-kata yang menggigit dalam buku ini, tapi rasanya hati ini belum mengena,
dan membuatku untuk tidak berhenti mencari buku-buku seperti ini lagi. Jika
kalian ke PUSDA jangan lupa baca buku ini ya, hehehe.