Wonderful Life
Saat melihat buku ini, yang ada dipikiranku adalah keren, dari gambar
covernya saja sudah menunjukan bahwa buku ini didesain dengan art yang begitu tinggi, setelah ku buku
lembar demi lembar buku yang ditulis oleh Amalia Prabowo diterbitkan pada tahun
2015, di Jakarta, oleh Pt Gramedia, berjumlah 169 halaman ini membuatku
bertanya kenapa di setiap jeda lembarannya selalu disuguhkan gambar yang tidak
biasa?
Awal dari bab tentang ME, si
penulis bercerita tentang perjalanan hidupnya dari masa kecilnya berada dalam
didikan yang disiplin hingga menghantarkan ia untuk mendapatkan prestasi
akademik yang memukau, hingga ada satu pesan yang memikat hati, darinya “Kemalasan itu penyakit yang paling
berbahaya, jangan pernah penyakit malas hinggap pada dirimu, ia akan
menindasmu, dunia akan runtuh, masa depanmu akan gelap” dan kata ini juga
bisa membuat pembaca berhenti sejenak untuk meresapinya “Hidup adalah perjuangan untuk memenagkan persaingan, tidak ada tempat
bagi orang-orang malas di kehidupan ini, mereka akan malas dan tersingkir,
mereka akan menempati posisi terbawah”
ada sebuah hal yang harus kita
ketahui bahwa tidak akan abadi sebuah keadaan di mana kita akan selalu
berada di puncak, maka ada kalanya kita berada di bawah, dan saat berada di posisi
tersebut, ikhlas adalah hal terindah yang harus diterapkan seseorang, karena
itu merupakan proses menuju puncak kesuksesan yang lebih tinggi lagi. Sebuah penolakan, yang penulis alami
merupakan sebuah cerminan untuk kita menjalani kehidupan dengan tabah, karena
masih banyak lagi orang yang nasibnya tidak seberuntung kita sekarang ini.
Di bagian dua tentang HIM
penulis menceritakan tentang kehidupannya yang baru bersama buah hatinya.
Ketika kesuksesan telah diraihnya Tuhan mengujinya lagi melalui anaknya yang
menderita disleksia. Hati ibu mana yang tidak teriris sembilu saat mendengar
anak yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya akan jadi seperti itu. garis
keturunan yang berintelektual, mustahil baginya bahawa keturunannya mengalami
penyakit tersebut.
kesibukan dalam kesuksesan sempat membuatnya terlena hingga
mengabaikan anaknya, itu memang hal yang
manusiawi, karena manusia merupakan tempat khilaf dan salah. Tapi yang membuat
pembaca salut dengan seorang ibu tunggal dengan dua orang anak ini adalah
keputusannya untuk berusaha menyembuhkan penyakit tersebut, namun tidak ada
satupun pengobatan yang berhasil, hingga pada satu titik, saat sang anak sedang
menggambar si ibu merasakan telepati
yang begitu kuat bahwa dengan melukislah sang anak menemukan bakat yang
sesungguhnya, meski disleksia itu tak dapat disembuhkan, hal tersebut karena ia
percaya pada kekuatan energy positif yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Ada
beberapa kata yang bisa kita renungi bersama “Keluarga adalah salah satu sumber kekuatanku dalam menghadapi kejamnya
hidup”
Bagian ketiga tentang US,
berkisah tentang si penulis dan kedua anaknya. Aku terhenti sebentar saat
membaca bahwa terkadang Tuhan menitipkan nasehat atau solusi melalui mulut atau
ucapan orang lain, hingga kerapuahan perlahan berubah menjadi sebuah semangat
untuk berjuang kembali. Dan sang penulis berhasil menemukannya, hal tersebut
bisa terlihat dari kata-kata indah yang dilukiskannya “Ternyata komunikasi membutuhkan wahana, ia tidak terjadi dengan
sendirinya, wahana itu harus kita ciptakan” juga “ketika aku mulai membuka mata dan hati, aku kian merasakan berkah
tuhan, kasih sayang tuhan”
Cerita tersebut sebagai peringatan kepada kita, bahwa tidak ada
manusia yang hidupnya sempurna. Dalam keterbatasan terkadang kebahagiaan itu
dirasakan saat berjuang menghadapinya. Seorang yang sukses dalam karirnya saja
diberi ujian melalui anaknya, itu pertanda bahwa Tuhan menegur kita agar jangan
terlena dalam sebuah kesuksesan yang hanya sementara. Pada halaman terakhir ini
pertanyaan ku terjawab sudah. kulihat pada halaman awalnya bahwa sang
ilustratornya Gambar cantik nan indah ini adalah karya dari seorang anak yang
bernama Aqqilurachman A. H. Prabowo yang
juga menderita disleksia, kejutan yang tak terduga bagiku untuk mengakhiri buku
ini.
Catatan di akhir tulisan, bahwa keterbatasan tak akan membatasi kita
untuk berkarya, hanya ada kemauan saja, juga sebuah keyakinan yang kuat semua
itu bisa terjadi, hal tersebut telah dibuktikan melalui kisah seorang ibu
tunggal yang begitu sukses yang memilki anak menyandang disleksia. Meski sempat
terkatung-katung memilih arah mana yang harus di tempuh, saat itu lah Tuhan
mulai memperlihatkan titik terng secara perlahan, dan hasilnya sangatlah berlipat-lipat
nikmat kebahagianan. Aku ingin menyampaikan bahwa, membaca kisah kalian
memberiku semangat baru dan bersyukur atas nikmat yang diberikan, dan akan
terus berkarya meski sederhana.
perlu tahu!!!