Selasa, 29 Maret 2016

DUA DEKADE


Dua decade banyak fenomena yang tak terduga dan  ketika berada di fase serba salah itu membuat hari-hari menjadi berstatus di ambang kebosanan
Dua dekade
Apa yang ada di benak setiap orang saat berada di fase 20 tahun? mungkin setiap manusia memiliki kebutuhan yang sama tapi tidak dengan keinginan. Ada banyak hal yang mewarnai umur yang merupakan gerbang menuju kedewasaan itu. Meninggalkan kata teen dalam kaidah bahasa sudah dianggap orang dewasa, meninggalkan umur belasan memang berat hingga tantangan hidup pun baru terasa campur aduk.
Hidup memang harus disyukuri, ikhlas, sabar dan qanaah. Semua itu tidak cukup untuk melalui hari-hari di masa depan, kenapa? Karena butuh sebuah mental baja untuk membentengi diri dari hantaman badai masalah. Masalah itu jika sering dipikirakan maka tak akan ada habisnya, tapi ada satu masalah yang harus kita cari sampai dapat, yaitu mencari masalah untuk tugas akhir di perguruan tinggi, skiripsi maksudnya!!! hehe
Pertengahan dua dekade yang banyak hal yang dipikirkan dan berkecamuk begitu hebatnya di dalam otak. Banyak penyesalan dari keputusan yang diambil. Hal yang tak pernah terduga, terjadi hingga menjadi buah pikiran dan belum menemui titik terang. Keresahan yang berkepanjangan menjadi pemicu utama keterpurukan. Intinya di umur inilah banyak yang mengalami fase serba salah akibat banyak desakan, ketegangan, kecemasan, dan harapan.
Masa depan pun menjadi tanda Tanya besar dalam mengarungi hari-hari. Akan jadi apa aku nantinya? Terus aku akan bekerja di mana? Terus bagaimana aku bisa membahagiakan orang tuaku? Kapan aku bisa mewujudkan keinginan orang tuaku? Atau apakah aku bisa mewujudkan cita-citaku? Itu adalah sebuah keinginan yang mulai goyah akibat benturan dari timur, barat, selatan, dan utara membuat hati dan pikiran menjadi dramatis dan dilematis.

Sebelum benar-benar memasuki fase dewasa, maka di depan pintu gerbang hendak menuju kedewasaan memang harus menyiapkan amunisi terbaik. Amunisi itu pun akan melindungi diri dari perusak-perusak kehidupan dan menembaknya hingga tak ada celah lagi untuk menggangu. Amunisi itu hanyalah diri kita sendiri yang bisa mengkonsepkannya sedemikian rupa hingga menjadi sebuah perwujudan harapan di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar