Dua decade banyak fenomena yang tak
terduga dan ketika berada di fase serba
salah itu membuat hari-hari menjadi berstatus di ambang kebosanan
Dua dekade
Apa
yang ada di benak setiap orang saat berada di fase 20 tahun? mungkin setiap
manusia memiliki kebutuhan yang sama tapi tidak dengan keinginan. Ada banyak
hal yang mewarnai umur yang merupakan gerbang menuju kedewasaan itu. Meninggalkan
kata teen dalam kaidah bahasa sudah
dianggap orang dewasa, meninggalkan umur belasan memang berat hingga tantangan
hidup pun baru terasa campur aduk.
Hidup
memang harus disyukuri, ikhlas, sabar dan qanaah. Semua itu tidak cukup untuk
melalui hari-hari di masa depan, kenapa? Karena butuh sebuah mental baja untuk
membentengi diri dari hantaman badai masalah. Masalah itu jika sering
dipikirakan maka tak akan ada habisnya, tapi ada satu masalah yang harus kita
cari sampai dapat, yaitu mencari masalah untuk tugas akhir di perguruan tinggi,
skiripsi maksudnya!!! hehe
Pertengahan
dua dekade yang banyak hal yang dipikirkan dan berkecamuk begitu hebatnya di
dalam otak. Banyak penyesalan dari keputusan yang diambil. Hal yang tak pernah
terduga, terjadi hingga menjadi buah pikiran dan belum menemui titik terang. Keresahan
yang berkepanjangan menjadi pemicu utama keterpurukan. Intinya di umur inilah
banyak yang mengalami fase serba salah akibat banyak desakan, ketegangan,
kecemasan, dan harapan.
Masa
depan pun menjadi tanda Tanya besar dalam mengarungi hari-hari. Akan jadi apa
aku nantinya? Terus aku akan bekerja di mana? Terus bagaimana aku bisa
membahagiakan orang tuaku? Kapan aku bisa mewujudkan keinginan orang tuaku? Atau
apakah aku bisa mewujudkan cita-citaku? Itu adalah sebuah keinginan yang mulai
goyah akibat benturan dari timur, barat, selatan, dan utara membuat hati dan
pikiran menjadi dramatis dan dilematis.
Sebelum
benar-benar memasuki fase dewasa, maka di depan pintu gerbang hendak menuju
kedewasaan memang harus menyiapkan amunisi terbaik. Amunisi itu pun akan
melindungi diri dari perusak-perusak kehidupan dan menembaknya hingga tak ada
celah lagi untuk menggangu. Amunisi itu hanyalah diri kita sendiri yang bisa mengkonsepkannya
sedemikian rupa hingga menjadi sebuah perwujudan harapan di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar