SINOPSIS
Sekuntum mawar untuk rose, yang setiap
kelopaknya memberikan makna keharuman pada sebuah ketulusan, tangkai-tangkainya
mengajarkan bahwa sejati itu tercipta berawal dari ketulusan.
Sekuntum Mawar Untuk Rose
“Alhamdulillah,
selamat ya sahabatku tercinta. Kamu memang hebat Roja, aku yakin suatu hari
nanti kamu pasti akan menjadi orang besar”
“Iya,
terima kasih Ros, ini juga berkat doa kalian semua. Aku diterima beasiswa,
perjuanganku selama ini tidaklah sia-sia”
“Tapi,
kita tidak akan bertemu dalam waktu yang lama. Tenang saja aku akan selalu
mengirimkanmu surat setiap minggu, untuk menyemangatimu, bagaimana? Oh iya,
kalau Roja sudah liburan nanti, bawakan aku sekuntum bunga rose ya, eh salah
mawar. Hehehe.”
Bahagia
sekaligus senang, ia menatapku. Rose adalah teman yang selalu bersamaku baik
susah maupun senang dari SD sampai SMA, namun sayang kami harus berpisah karena
aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di kota. Ia menagangap diriku seperti
saudara kandungnya sendiri, sehingga untuk melepas kepergianku ia berusaha
untuk terlihat senang di depanku, padahal kutahu ia sangatlah sedih. Ia berjanji
akan selalu mengirimkan surat setiap minggu kepadaku, meski jarak antara rumah
dan kantor pos sangatlah jauh, karena kondisi keluarganya yang kurang mampu, ia
pun tidak memiliki uang untuk membeli handphone seperti orang lain.
Sekuntum
mawar adalah pesannya padaku ketika aku kembali ke kampung halaman, ia sangat
ingin melihat keindahan dan keharuman bunga itu. setelah ia tahu dari seorang
guru di SMA bahwa di balik namanya terisirat makna bahwa rose itu berasal dari
bahasa inggris yang berarti mawar, ia pun rajin membaca buku di perpustakaan
tentang bunga mawar ini, dan memilki impian untuk melihat sekuntum mawar merah
yang tidak pernah ada di kampung.
***
Satu
tahun berlalu, ketika kurasa apa yang kuinginkan terasa ada. Menjadi mahasiswai
teladan, memiliki IP tertinggi beberapa semester berturut-turut. Banyak yang
ingin berteman padaku, terutama cowok populer di kampus itu juga dikabarkan
menyukaiku. Hari-hari tampak semupurna bagiku, hampir liburan semester
selanjutnya kau tidak ingin pulang ke kampung halaman lagi, karena di sini aku
banyak teman, cantik, berwawasan, dan selalu membawaku mengenal hal-hal baru. Surat
dari Rose tak pernah kubaca sejak sebulan terkahir. Suratnya hanya kusimpan di
dalam lemari saja. Tapi, sejak sebulan terakhir
berlalu itu aku tidak pernah lagi mendapat surat dari Rose. Mungkin ia sudah
bosan menulis surat pikirku. Betul apa yang dikatakan Helda padaku tidak ada
teman sejati itu, kita menjadi teman karena memilki kepentingan bersama, teman
yang baik juga bisa menjadi musuh dalam selimut bagi kita.
Keesokan
harinya saat di kampus, saat ujian semester segera berakhir, aku tidak sempat
belajar karena diajak nongkrong di café oleh Helda dan teman-teman lainnya.
betapa paniknya aku bahwa hari ini adalah ujian kalkulus, apa yang harus
kulakukan, aku tidak melihat jadwal. Si Helda melihat kepanikanku pun menepuk
pundaku dari belakang secara perlahan.
“Ia
udah kamu lihat catatan saja, lihat nih kami semuanya lihat catatan kok. Tenang
pengawasnya lagi asyik dengan HP, yang satunya tadi lagi keluar”
Menyontek
adalah hal yang pernah aku lakukan sebelumnya, gemetaran bercampur keringat
dingin, juga binggung melandaku saat ini. Kalau aku tidak lulus mata kuliah
ini, beasiswaku bisa dicabut. Aku pun memberanikan diri melihat catatan dan
mulai mengisi di lembar jawabanku. Tidak lama kemudian pengawas galak yang
sedang keluar tadi, masuk ke dalam dan melihatku sedang melihat ke bawah meja.
“SAHROJA
SAHIRA ANNISA, saya tidak meyangka kamu mahasiswi yang di cap sebagai mahasiswi
teladan melakukan perbuatan hina seperti ini. MENYONTEK, itu perbuatan yang
sangat memalukan bagi dunia akademik terutama Instansi kita tahu tidak, apalagi
agama, apakah ada yang menyontek selain mahasiswi ex-teladan ini HAH”
Semuanya
mengeleng. Hanya aku yang ketahuan nyontek. Aku pun dibawa ke kantor untuk di sidang
dengan berbagai omelan dari pengawas akhirnya aku pun keluar dari ruangan,
dengan ancaman bahwa beasiswaku akan dicabut. dengan perasaan kacau, sekaligus
mata memerah, diriku keluar dari ruangan itu. Saat aku hendak kembali ke kelas
menyelesaikan ujian terakhirku, orang-orang di sekitar memandangku dengan sinis.
Terutama cowok populer itu tidak sama sekali melirikku, ia berlalu pergi ketika
berpapasan denganku. helda dan teman-teman di kelasku, memandang sinis padaku.
“Eh
ada cewek yang ngakunya pintar, tapi pas diajak nyontek mau juga ya. Tak disangka
ya, dia tidak layak menjadi teman kita, sampai-sampai si Dira saja tadi tidak
percaya dengan hal itu sungguh kasihan sekali nasibnya”
Aku
hanya terdiam, kupikir ia adalah teman terbaikku. Nyatanya ia, seperti yang
lainnya malah semakin menjatuhkannku. Setelah pulang kuliah, aku menangis
sejadi-jadinya, kumantapkan hatiku untuk pulang ke kampung halaman. Tiba-tiba
rasa rindu pada rose bersemayam di benaku. Lalu kuambil surat milik Rose yang
sebulan terakhir ia kirim tidak dibaca olehku.
Untuk sahabatku
Roja
Semoga
kamu di sana selalu baik-baik saja ya. Di sini Rose selalu menantimu, oh iya
sebenarnya Rose sangat sedih ketika Roja tidak pulang selama setahun terakhir
ini. Tapi Rose menghargai keputusan Roja. Rose berharap roja akan pulang ke
kampung ya, agar kita bisa seperti dulu lagi bisa tersenyum bersama, tertawa,
juga sedih bersama. Rose tidak sabar ingin mendengar banyak cerita tentang Roja
di kota . Oh iya kenapa tiga kali surat yang Rose kirim tidak dibalas oleh
Roja, Rose sangat sedih juga rindu dengan Roja. Roja balas ya surat ini,
kalaupun tidak ketika Roja pulang nanti harus membawa bunga mawar yang rose
pinta itu ya.
Roja,
Rose sangat, sangat, sangat, sangat rindu dengan roja. Rindu saat kita
bercerita tentang banyak hal. Sekarang Rose merasa kesepian tidak ada Roja di
sini, Rose merasa sendiri karena Roja ada teman sekaligus saudara rose selama
ini, dan itu tidak akan pernah putus sampai ajal menjemput. Karena rose suka
puisi ini, Rose buat khusus untuk mengobati rasa rindu pada Roja,
Untuk sahabatku
Mentari
selalu menyinari ikatan persahabatan
Gengaman
tangan mengobar di angkasa
Bersorak
hingga menggema
Itulah kita
duhai sahabat
Sedih,
susah, senang tiada dusta
Mewarnai
setiap langkah yang dipijaki
Menginspirasi
di setiap gerak denyut nadi
Menjadikan
sempurna dalam ikatan persahabatan
Sejati itu
akan tercipta jika berawal dari ketulusan
Merangkai
kepercayaan lewat semangat
Rangkulan
di bahu yang membawa kita bersama-sama
Pada suatu
titik tentang indahnya sebuah persahabatan
Roja puisi
sederhana ini, kutulis berulang kali untuk dikirim padamu, semoga hatimu
terketuk untuk pulang ya. Rose sangat berharap roja pulang libur semester kali
ini.
Setelah
aku membaca surat yang terakhir yang ia kirim padaku. Air mataku pun menetes,
tersadar aku bahwa Rose adalah sahabat yang paling setia menantiku dan selalu
mendukungku, ia yang selalu ada di saat aku merasa senang maupun sedih, meski
ia tidak berada di sampingku, ia terasa ada di sampingku dan menguatkanku. Aku pun
bergegas mengemaskan baju untuk pulang ke kampung halamanku besok tidak lupa
kubeli sekuntum mawar untuknya.
***
Sesampaiku
di kampung halaman, aku ingin memberikan kejutan kepada Rose, kuhampiri
rumahnya sambil membawa sekuntum mawar itu. terlihatlah kepulan asap dari rumah
yang berdinding bambu milik Rose. Suasana rumahnya tampak sepi.
“Assalamulaikum,
Rose, Rose, Rose, Roja pulang nih” sambil melirik-lirik ke dalam pintu yang
terbuka.
Kukira
Rose yang keluar, tetapi ibunya yang keluar.
“Bu,
Rosenya ada?”
“Mari
ikut ibu!”
Ibu
rose membawaku berjalan entah ke mana, aku pun tidak bertanya padanya karena
senang hendak bertemu dengan rose”
Aku
kaget tidak menyangka Rose kini “ROOOOOOOS, kamu kenapa pergi secepat ini,
hanya kau saja teman yang paling setia dan mengerti aku Rose, aku kembali Rose,
sahabatuku maafkan aku yang pernah mengabaikanmu” aku bersandar pada batu nisan
Rose, yang tak kusangka akan terjadi seperti ini.
“Roja,
sudahlah ini mungkin sudah menjadi takdir Rose, sebenarnya Rose meninggal sudah
beberapa minggu yang lalu, tapi pesan terakhirnya jangan memberitahumu jika ia
akan pergi, ia tidak ingin menggangu ujianmu. Rose ditabrak motor saat hendak
menyeberang menuju kantor pos. makanya ia tidak pernah mengirimkanmu surat lagi”
“Rose
maafkan Roja karena pernah mengabaikanmu, ini saja yang bisa kupersembahkan
untuk persahabatan kita sekuntum mawar untukmu rose, semoga kau selalu tenang
di kehidupan barumu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar