Kamis, 15 September 2016

CERPEN (PART 1): P E R T E M U A N


P E R T E M U A N
Jatuh memang sakit, tapi jatuh cinta bisa menyihir korbannya merasa bahagia hingga lupa diri bahkan lebih parah lagi menjadi malapetaka bagi masa depannya semua itu karena pertemuan
“kamu mau jodoh yang seperti apa ais?”
Pertanyaan itu cukup menamparku, kenapa kalimat itu harus berulang kali terucap dari orang terdekat. Apa salahnya sendiri? Sepertinya dunia ini tidak bisa dihuni orang yang berkomitmen sementara tanpa pasangan termasuklah aku. Hari-hari ku tidak pernah absen dari pria-pria yang mengetes tingkat kebaperan. Yang sabar sajalah,  pertanyaan anin tidak kujawab hanya terdiam sambil mengetik di laptop.
“memang jodoh sudah ditentukan Allah, tapi kita juga harus berusaha mendeteksi dengan mencarinya. Hanya doalah yang bisa menggiring kita untuk dipertemukan dengan dia. dulu sebelum bertemu bang Fais, aku punya banyak khayalan tentang pertemuan”
“PERTEMUAN” Aku pun mengernyitkan dahiku
“yah, pertemuan. Kata yang diimbuhi per dan an hingga menjadi makna yang bisa dimengerti semua orang yaitu pertemuan”
“apa lagi tuh, makin tidak paham deh sama kamu nin”
“berbagai khayalan yang masih kusimpan dibenakku tentang pertemuan aku dengan seseorang’
Aku semakin mengernyitkan dahi dan mengeleng-geleng kan kepala
“aku selalu berkhayal akankah pertemuan itu ketika aku sedang berjalan dan membawa buku lalu tertabrak oleh seorang yang tidak kulihat, karena pandanganku hanya tertuju pada buku yang jatuh dan buku yang terakhir seseorang mengambilkannya untukku lalu tanpa sengaja tatapan dari wajahnya yang manis cukup mengusir kepanikanku”
“hush, dosa itu zina mata loh nin” tambahku
“belum selesai, biarkan aku menyelesaikan baru bicara. Kemudia bisa juga pertemuan itu saat berada di perpustakaan saat sedang mencari buku, buku yang kucari pun kudapatkan tapi buku itu juga seperti ditarik dari arah sebelah, setelah berusaha menarik buku akhirnya kudapatkan juga dan terlihatlah sosok yang mungkin akan mengetarkan hatiku. Atau pertemuan itu mungkin saja di tempat yang menurutku paling sakral, masjid saat menuruni tangga layaknya putrid-putri di negeri dongeng itu, saking menghayati suasana aku pun tanpa sengaja terpeleset tiba-tiba dari arah belakang ada yang menyambutku hingga membuat aku tidak terjatuh ke lantai, tapi jatuh kepelukannya”
“ya ampun nin, itu dosa, khayalanmu itu” tanpa peduli kata-kataku ia pun melanjutkan perkataannya.
“atau ketika saat panas menyengat berubah menjadi hujan hingga membuatku tertahan di depan gedung, tanpa kusadari ada seorang pria yang sama sedang menunggu hujan reda di gedung seberang dengan sambil menatapku di antara rintik-rintik hujan”
“cukup nin, khayalan kamu itu terlalu klise, mana ada pertemuan seperti itu di perpustakaan, masjid, saat hujanlah, terlalu banyak nonton film romantic jadi bapernya menjadi-jadi sih” aku pun mengentikan khayalannya tentang pertemuan itu.
“tapi aku percaya kamu juga pernah bertemu dengan orang yang pernah singgah meski hanya sebentarkan. Bohong kalau ada orang yang tidak memiliki rasa sayang pada seseorang meski hanya sementara”
“manusiawi memang nin, aku akui kamu benar, meski aku tidak pernah punya status pacaran, rasa itu pernah singgah di hati” tanganku pun berhenti mengetik dan aku pun melanjutkan cerita pada anin.
***
Semenjak kuliah hidupku berubah total, lincah dan gesit membuat keceriaan tidak pernah hilang dari wajahku. Semester demi semester pun kulewati di jurusan sastra. waktu telah membuatku lupa untuk pergi bersenang dengan teman-teman. Benakku hanya dipenuhi dengan buku, buku, dan buku. Aku suka membaca dan setiap ada kesempatan pasti kusempatkan untuk membaca.
Terbiasa bertemu dan berdiskusi membuat seorang pria itu cukup membuatku kagum. Awalnya hanya sebatas itu, tapi aku sering menatapnya entah kenapa. kata-katanya yang penuh pemahaman dan juga kesopanan diri membuatku cukup menaruh sedikit rasa untuknya. Sampai pada suatu ketiaka ia pun menyatakan perasaannya di hadapan semua orang. tapi bukan padaku melainkan pada seorang perempuan yang manis. waktu itu aku hanya bisa menyimpan rasa itu begitu saja.
Tahun ketiga, kami berada di kampus membuat banyak perubahan semenjak kejadian itu tidak pernah terdengar kabarnya dengan gadis itu lagi dan kami pun masih seperti biasanya bercanda gurau. Namun, ada yang aneh dengannya, firasatku mengatakan ada sesuatu di matanya yang tidak kumengerti sampai pada suatu ketika, kami berkemupul di taman ia datang dan mengatakan hal yang tidak kupercaya di depan banyak orang
“ais, ada yang ingin kukatakan! Kalau aku ngelamar kamu gimana? Apa kamu mau menerimanya?”
Kalimat itu cukup membuatku bungkam seribu bahasa, dan tidak bisa berkata apa-apa.
“bagaimana ais?” hingga tiga kali kepadaku
Aku masih tidak percaya, sepertinya aku berada di negeri dongeng yang aku tidak tahu judulnya, rasanya sulit untuk kembali ke dunia nyata lagi dan harus memberikan keputusan. Aku memnutuskan untuk diam.
Diam itu membuat ia berubah 180 drajat celcius. Ia tidak seperti biasanya lagi, tapi terkadang ia berbicara panjang lebar kepadaku tanpa mengingat kejadian itu. sampai kudengar kabar dari seorang teman perempuan
“ais kamu benar, perempuan yang ia tulis di medsosnya itu larisa”
Rasa yang mulai berkembang biak itu musnah ketika firasat itu jelas adanya. Sejak itu aku tidak bisa menahan rasa kecewa, dengan mudahnya ia berpaling dari kata-katanya. Dari situlah aku mulai belajar mengikhlaskan dan hatiku tidak akan pernah bisa tumbuh lagi dan kubiarkan rasa itu terbunuh perlahan.
Pertemuan yang membuatku belajar bahwa hidup harus merelakan. Jatuh itu memang sakit, tapi jatuh cinta bisa membuat yang penyandangnya bahagia, sedih,  buta, gila bahkan bunuh diri, dan yang paling benar adalah mengikhlaskan juga bersabar untuk menuju cinta yang halal.
***
Anin meneteskan air matanya saat menedengar kisahku.
“ais” ia memeluku erat sambil menangis tersedu-sedu di bahuku
“yah, 2 tahun berlalu dan aku tidak bisa menghilangkan rasa itu sepenuhnya nin. Bersyukurlah kami yang seminggu lagi sudah bersama cinta yang halal. Kalau kitanya baik insya Allah jodoh kita juga baik nin, kamu sama bang fais, kalau bukan karena aku kalian tidak pernah ketemu kan, itulah hebatnya pertemuan”
“Alhamdulillah, kita nanti akan menjadi keluarga aisyah ranum”
“kumohon jaga cintamu pada saudarku faiz ishak ya aninda dara”


Selasa, 06 September 2016

EDISI KKL DESA KUBU



REMEMBER KKL DESA KUBU

Sebenarnya tulisan ini di tulis saat berada di desa kubu, untuk film documenter, karena sayang untuk disimpan lebih baik dipublikasikan saja. setidaknya untuk mengenang masa-masa KKL dan ini mengobati rasa kangenku untuk ngeblog.  Lanjut baca ya Guys

Pengabdian belandaskan dasadharma perguruan tinggi yang ketiga  yaitu pengabdian pada masyarakat” melahirkan laskar sang pengabdi yang siap mendongkrak perubahan dengan berbagai kisah aksi dan reaksi.

kamis, 21 juli 2016. Tepatnya pukul 07.00, bis melaju meninggalkan kampus IAIN Pontianak. Hiruk pikuk suasana perkotaan mulai tergantikan dengan ilalang dan pohon-pohon yang menjulang tinggi, suasana perkampungan. Perjalanan pun terhenti di pelabuhan rassau, terlihatlah jejeran motor kelotok  yang akan mengantarkan kami ke tempat tujuan. Setelah begitu lama menunggu giliran akhirnya kami pun masuk ke dalam tempat tersebut, terlihatlah keramaian para sang pengabdi yang sedang memposisikan dirinya. Mesin motor kelotok pun dipanaskan dan siap untuk berlayar bersama aliran sungai kapuas.

Pukul 15.00 kami pun sampai di Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, tepat di steher depan rumah pak Camat, yang berdindingkan semen bercorak kuning. Meski  cuaca mendung tak menyurutkan semangat untuk memindahkan barang ke posko. Oh ya tidak hanya kelompok 31 yang menenpati rumah dinas pak camat ini, ada kelompok 30 juga yang sama-sama mengabdi di wilayah ini. di sinilah tempat kami mengatur segala macam aktivitas selama masa Mengabdi pada masyarakat.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang, oleh sebab itu mari kita kenalan dengan satu persatu anggota kelompok 31, yang menjadi pelopor dan pendongkrak kemajuan ibu pertiwi kamilah laskar sang pengabdi

Muhahammad Arif Zahidi, dari jurusan Ekonomi Islam, menjabat sebagai ketua kelompok. Di balik Sosoknya yang berkacamata ia memiliki sifat supel dan tidak kaku membuat siapa saja mudah berbicara lepas dengannya, juga tidak memilki aturan yang terlalu mengikat, hingga dirinya terlihat santai.





Polantika Chandra, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, menjabat sebagai sekretaris kelompok.   Perempuan yang biasa di panggil Kak Pol ini memiliki suara yang serak-serak dan ia adalah seorang pembicara dan pandai berorasi, ada misi dibalik senyumannya yaitu menjadi teladan bagi para muslimah.




Sufatmi, Jurusan Perbankan Syariah, menjabat sebagai bendahara kelompok,
jabatan tersebut sangat cocok dengannya karena sudah berumah tangga, dan di kelompok ini ia seperti seorang ibu bagi kami, mengatur segala keperluan dapur, satu hal yang melekat dalam diri kak fatmi ini, ia merupakan seseorang yang mencintai kerapian, saking rapinya apa saja yang terlihat berantakan langsung ia rapikan, orangnya juga tidak bisa tinggal diam selalu saja ada aktivitas yang ia lakukan. Salut untuk kak fatmi.

Eriadi, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Menjabat sebagai humas (hubungan masyarakat),  ketika berbicara selalu merendahkan suara terkadang juga dibumbui dengan humor, jika disimpulkan bahwa eriadi ini adalah orang SERSAN serius tapi santai, juga humoris.









Mirna Wati, Jurusan Pendidikan Agama Islam, menjabat sebagai humas. Mirna adalah makhluk terunik di kelompok 31 karena  gaya bicaranya yang nyeletuk cukup membuat orang yang mendenagarnya tertawa, dan sikapnya yang tomboy  juga suaranya yang paling nyaring dan keceriaan spesies jenis ini haruslah dilestarikan.

Ria Qamaria, Jurusan Perbankan Syariah, menjabat sebagai seksi kebersihan, perempuan yang tinggi di antara angota kaum hawanya  dan berparas ayu ini, awalnya orang mengira ia adalah orang yang pendiam tidak lama baginya untuk bersuara dan ia orang yang sangat aktif apalagi dalam mengisi kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti mengajar SD dan TPA, walaupun tidak ada besic mengajar, namun ia seorang yang pembelajar dan bisa mengajarkan pada banyak orang.

Romiyansyah,  Jurusan Pendidikan Agama Islam, menjabat sebagai seksi kebersihan. Biasa disapa dengan romi ini memiliki keluguan sehingga ia sering menjadi objek keisengan para anggota kelompok. Walaupun begitu romi tidak mengambil pusing dan tidak banyak bicara.







Jumaidi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, menjabat sebagai seksi dokumentasi.  Ia adalah orang yang sering membawa kamera di setiap kesempatan. Bukan karena ia seksi dokumentasi tapi memang ia pandai menggambil engle gambar dan itu yang ia pelajari di bangku kuliah. Dibalik keahliannya yang suka memotret tersimpan sejuta kata yang jarang untuk ditumpahkan dan hanya dikatakan pada saat yang penting saja. Itulah dia pria kalem, tapi pandai dalam berargumentasi sesuai SIKON (situasi dan kondisi).



Tiko, Jurusan Perbankan Syariah, menjabat sebagai seksi keamanan, jiika dilihat dari parasnya ia termasuk orang yang pendiam, tapi bagi yang belum mengenalnya, setelah mengenalnya ia adalah orang yang banyak bicara dan mudah bergaul dengan siapa saja.
Monalisa, jurusan pendidikan agama islam, anggota kelompok 31 ini memiliki tahi lalat yang membuatnya manis semanis hatinya. Penyabar hal itu terlihat ketika yang lainnya menjadikan ia objek candaan, ia pun membuat suasana menjadi semakin heboh dan lucu jadinya.

Anita, jurusan pendidikan agama islam, ia adalah sosok yang tegas dan bersuara lantang. Ia merupakan Perempuan hitam manis yang suka tidur, coba lihat di handphonenya semuanya dari mulai wallpaper hingga gallery pasti ada foto pose tidur. Bukan tanpa alasan hal itu terjadi padanya, sosoknya yang pekerja keras dan terkadang tidur 4 jam dalam sehari, dan itulah yang menjadi alasannya, jadi di mana ada kesempatan disitulah mata terkatup.

Saridawati, jurusan manajemen dakwah,  dalam sosoknya yang pendiam dan tak banyak bicara, namun ia adalah seorang yang selalu siap menjadi pendengar dan menampung curhatan dari teman-temannya, dan yang paling tidak menyukai deskriminasi dan penindasan.






Fatimah, jurusan pendidikan agama islam, ibu dengan satu anak ini, meski memiliki  seorang putri yang cantik jelita berumur 5 bulan, sifatnya yang manja masih saja ia perlihatkan pada teman-temannya, walapun begitu ia adalah sosok istri idaman kenapa? Karena  setiap kegiatan bersih-bersih dan juga memasak selalu saja ikut berpartisipasi.

Itulah kami, laskar sang  pengabdi. Selama beberapa minggu berada di kecamatan kubu, berbagai aktifitas telah kami ikuti.

Terima kasih Desa Kubu, Kecamtan Kubu, Kabupaten Kubu Raya yang telah memberikan kami kesempatan untuk mengabdi di tempat ini,

Terima kasih juga kepada pak rustam selaku camat kecamatan kubu yang membuka lebar rumah dinasnya untuk persinggahan sementara kami
Sekali lagi terima kasih masyarakat Kubu dan segala nikmat yang telah kami dapatkan selama berada di sni, pesona senja yang cukup menyita perhatian juga keramah tamahan orang-orangnya membuat kami tidak akan pernah melupakan pengalaman dan tempat ini seumur hidup...................





Rabu, 20 Juli 2016

D E T A K

D                                                                                             D                                                                                             D
E                                                                             E                                                                    E
T                                                             T                                                             T
A                                             A                                             A
K                             K                             K


Dentuman suara hati tergambar lewat detak yang berpacu kencang, secepat mungkin. aku yang berjalan perlahan dengan wajah tertunduk terasa detak jantungku begitu kuat, saat ada seorang yang berlalu begitu saja di sampingku, bahkan aku tak mengerti ini tidak seperti biasanya bahkan detak itu tidak dapat kuhitung banyaknya. Aku memegang kea rah jantungku, kemudian aku mematung di tempat tersebut, dunia seakan berhenti dan hanya detak jantung yang bisa kudengar.
“dinara, dinara, DINARA ada apa?” amara berusaha untuk menyadarkan aku
Aku pun tersadar dari lamunanku.
“iya am” sambil mengelus kepala yang dibasahi keringat.
“kamu kenapa din, kamu seperti diam mematung sih, kamu sakit? Atau ada sesuatu yang menggangu pikiranmu” amara bertanya padaku
“nanti aku ceritakan ya, belanjaan kita banyak nih am” aku dan amara pun pergi ke mobil menyimpan barang belanjaan dan menuju ke toko milik kami
***
“din tadi kamu kenapa? Aku merasa ada yang tidak beres. waktu di mall kamu tiba-tiba berhenti dan itu sangat lama, aku saja memangilmu sekuat-kuatnya kamu tidak menoleh sedikit pun, ada apa din? Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya” amara mengoyang-goyangkan badanku memohon padaku untuk menceritakan apa yang kualami.
“am, aku juga tidak mengerti kenapa hal itu terulang lagi, dan kejadian itu pernah aku alami di masa lalu. ini tentang detak”
“DETAK?”
***
Dulu aku tidak pernah kepikiran apa lagi merencanakan untuk memakai hijab, itu semua karena kampusku yang menuntut setiap mahasiswi untuk mengenakannya. Hal itu terjadi karena keambiusanku dikuasai oleh keraguan. kampus yang ingin kutuju gagal aku masuki dan jadilah aku di kampus biru tersebut.
Pertemuanku dengan teman-teman baru membuat perasaanku campur aduk, ada seorang pria yang duduk di hadapanku, aku pun bergumam dalam hati. ini orang berkacamata pasti pintar, kalau orang seperti dia ini pasti sombong. Tidak lama kemudian mata kuliah dimulai dan benar argumentasinya cukup menarik perhatian, hingga membuat decak kagum. 
Hari-hari yang kulalui masa-masa di kampus membuatku tersadar bahwa kehidupan tidak selama harus memiliki ambisius pada cita-cita, tetapi ada yang harus dilakukan oleh setiap muslimah yaitu menjalankan syariat islam dengan hakiki. Di sanalah aku terilhami mempelajari ilmu agama, walau tak jarang semua itu terkalahkan oleh rasa malas, namun hari demi hari banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku.
Sampai suatu ketika para pria menggombaliku dengan rayuan buayanya hingga semua tertawa, yang menjadi penghibur saat menunggu dosen. Lalu seseosok pria datang padaku berkata
“dinara kalau ada yang melamarmu saat ini bagaimana, dan orangnya adalah saya apa kamu akan menerimanya?”
namanya Erlan pria berkacamata itu membuat orang mematung beberapa menit mendengar perkataannya aku yang mendengarnya saja hampir membeku menjadi frozen. Tak  tahu harus kujawab apa, detak ku serasa menggema hingga satu ruangan itu, pertama kali itulah kurasakan detak yang kusimpan rapat-rapat meski hal itu bisa terlihat dari wajah sebanyak tiga kali ia mengulangi perkataanya tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutku dan hal itu membuatnya pergi dari pandanganku.
Salahkah diriku hanya bisa untuk menyimpan rapat-rapat detak itu. detak pertama yang hampir membuatku tak percaya apakah aku berada di negeri dongeng. Pertemuan dengan sang jodoh memang selalu menyisakan tanda Tanya dibenaku apakah akan seperti di film, sinetron, atau drama korea. Ketika hujan kami dihentikan dan pertemuan itu pun menjadi romantisme bersama derai-derai air hujan, dan aku selalu menghayal akan hal itu.
Menikah, bagiku tidak hanya sehari dua hari. Memang begitu mudah untuk mengucapkannya tapi untuk mempertahankannya butuh kesabaran dan keikhlasan seumur hidup tuk memahami dari masing-masing pasangan.
Jawaban tidak pernah terlontar dariku, dan komitmenku dari dulu adalah mengapai mimpi-mimpiku sambil berproses menjadi dewasa dan bisa membahagiakan orang tua adalah hal yang ingin kulakukan sebelum menjalin hubungan dengan seseorang nantinya.
Memang tidak dapat kupungkiri bahwa kuingin detak itu menjadi pertama dan terakhir, dan akan terbuktikan pada waktu yang tepat.
Setelah ia pergi begitu saja di hadapanku, dan aku hanya bisa membisu dengan ribuan argumen yang memenuhi kepalaku. Setelah itu ia tidak pernah menyapa hingga keberadaannya tidak pernah kutahu selama bertahun-tahun, seperti detak yang kehilangan sebab yang hanya bisa menyimpan rapat-rapat detak itu sampai hembusan terakhir.
***
“din, din, DINARA, kau kenapa jadi nangis, sakit ya menyimpan rasa itu sangat lama. Hal itu memang tidak bisa disimpan sendiri kita harus menceritakan pada orang yang memang kita percaya agar ada solusi atau setidaknya itu mengurangi beban”
“aku berharap ia tidak pernah muncul lagi, sejak ia mulai menjauh dariku dan hanya bisa memandangku dari jauh dan pandangannya pun menghilang begitu lama, tapi kenapa detak itu kembali lagi seperti pertama kali ia berdetak dan itu membuatku mengingat kenangan lama yang belum bisa kuhapus sampai saat ini” suara ku pun tak terkontrol hijabku basah tak terbendung lagi.
“din, jangan kuat-kuat nanti pelangan kita kabur dengar tangisanmu, tuh kan benar ada pelangan sudah hapus air matamu itu coba lihat bunga-bunga itu setelah ia disirami dengan air ia akan segar kembali kan, dan kehidupan barumu tidak akan bahagia, jika kamu bisa melepaskannya dengan keikhlasan yang sangat tulus din percayalah, aku ke sana dulu ya pembelinya sudah nunggu lama tuh” amara pun pergi untuk melayani pembeli bunga itu.
“oh ya mbak ini krisan ini tolong dikirim pada tiara ya, tulis saja for tiara from Erlan, terima kasih ya mbak”
Erlan apa itu dia, detak itu tidak lagi ada dan kulihat kepergiannya dari jauh dan kupastikan bahwa itu benar dia. mengapa tidak ada lagi detak itu, mungkin hatiku sudah bisa untuk melepaskannya seperti ia merelakanku dengan ketulusan yang ada dan akan selalu menjadi bagian dari rahasia detak yang tak pernah satu pun orang rasakan.


Kamis, 12 Mei 2016

BELAJAR PADA MENTARI

Belajar pada mentari
Pagi menyapa dengan serentak
Embun yang terasa mengelitik
Kicauan burung yang mengeretak
sang mentari pun perlahan tampak

Sinarnya menyilaukan mata
Walau hangatnya masih samar
Kesetiaannya tidak pernah dusta
Hadir mengawali hari

Mentari tak pernah lelah bersinar
Meski terkadang ia redup seketika
Tapi ia tidak akan pernah sirna
Sebesar apa pun badai menghantam

Mentari tercipta untuk menemani pagi
Menyapa dengan senyuman termanis
Memberikan harapan harapan baru
Lewat hebusan angin yang terasa menyejukan



BELAJAR PADA MENTARI

Belajar pada mentari
Pagi menyapa dengan serentak
Embun yang terasa mengelitik
Kicauan burung yang mengeretak
sang mentari pun perlahan tampak

Sinarnya menyilaukan mata
Walau hangatnya masih samar
Kesetiaannya tidak pernah dusta
Hadir mengawali hari

Mentari tak pernah lelah bersinar
Meski terkadang ia redup seketika
Tapi ia tidak akan pernah sirna
Sebesar apa pun badai menghantam

Mentari tercipta untuk menemani pagi
Menyapa dengan senyuman termanis
Memberikan harapan harapan baru
Lewat hebusan angin yang terasa menyejukan



Lembayung yang membisikan harapan

Lembayung yang membisikan harapan

Aku  jatuh cinta pada wajah langit
Saat sang surya beranjak pergi
Rona jingga menawarkan keindahan
Sejenak menghipnotis pandangan

Penat yang mulai mengerogoti
Terasa terhempas tinggalkan raga
Angan terasa terbang tinggi
Bersama hembusan angin

Melayang membawaku terasa dekat
Menyentuh pesona lembayung
Menepis sejuta kegelisahan
Karena bisikannya terasa nyata

Impianku terasa semakin dekat
bintang-bintang dalam gelap malam
tak mampu mengalahkan pancaran
cahaya harapan yang kupunya


Lembayung yang membisikan harapan

Lembayung yang membisikan harapan

Aku  jatuh cinta pada wajah langit
Saat sang surya beranjak pergi
Rona jingga menawarkan keindahan
Sejenak menghipnotis pandangan

Penat yang mulai mengerogoti
Terasa terhempas tinggalkan raga
Angan terasa terbang tinggi
Bersama hembusan angin

Melayang membawaku terasa dekat
Menyentuh pesona lembayung
Menepis sejuta kegelisahan
Karena bisikannya terasa nyata

Impianku terasa semakin dekat
bintang-bintang dalam gelap malam
tak mampu mengalahkan pancaran
cahaya harapan yang kupunya


Lembayung yang membisikan harapan

Lembayung yang membisikan harapan

Aku  jatuh cinta pada wajah langit
Saat sang surya beranjak pergi
Rona jingga menawarkan keindahan
Sejenak menghipnotis pandangan

Penat yang mulai mengerogoti
Terasa terhempas tinggalkan raga
Angan terasa terbang tinggi
Bersama hembusan angin

Melayang membawaku terasa dekat
Menyentuh pesona lembayung
Menepis sejuta kegelisahan
Karena bisikannya terasa nyata

Impianku terasa semakin dekat
bintang-bintang dalam gelap malam
tak mampu mengalahkan pancaran
cahaya harapan yang kupunya


Lembayung yang membisikan harapan

Lembayung yang membisikan harapan

Aku  jatuh cinta pada wajah langit
Saat sang surya beranjak pergi
Rona jingga menawarkan keindahan
Sejenak menghipnotis pandangan

Penat yang mulai mengerogoti
Terasa terhempas tinggalkan raga
Angan terasa terbang tinggi
Bersama hembusan angin

Melayang membawaku terasa dekat
Menyentuh pesona lembayung
Menepis sejuta kegelisahan
Karena bisikannya terasa nyata

Impianku terasa semakin dekat
bintang-bintang dalam gelap malam
tak mampu mengalahkan pancaran
cahaya harapan yang kupunya


Lembayung yang membisikan harapan

Lembayung yang membisikan harapan

Aku  jatuh cinta pada wajah langit
Saat sang surya beranjak pergi
Rona jingga menawarkan keindahan
Sejenak menghipnotis pandangan

Penat yang mulai mengerogoti
Terasa terhempas tinggalkan raga
Angan terasa terbang tinggi
Bersama hembusan angin

Melayang membawaku terasa dekat
Menyentuh pesona lembayung
Menepis sejuta kegelisahan
Karena bisikannya terasa nyata

Impianku terasa semakin dekat
bintang-bintang dalam gelap malam
tak mampu mengalahkan pancaran
cahaya harapan yang kupunya


Lembayung yang membisikan harapan

Lembayung yang membisikan harapan

Aku  jatuh cinta pada wajah langit
Saat sang surya beranjak pergi
Rona jingga menawarkan keindahan
Sejenak menghipnotis pandangan

Penat yang mulai mengerogoti
Terasa terhempas tinggalkan raga
Angan terasa terbang tinggi
Bersama hembusan angin

Melayang membawaku terasa dekat
Menyentuh pesona lembayung
Menepis sejuta kegelisahan
Karena bisikannya terasa nyata

Impianku terasa semakin dekat
bintang-bintang dalam gelap malam
tak mampu mengalahkan pancaran
cahaya harapan yang kupunya


Lembayung yang membisikan harapan

Lembayung yang membisikan harapan

Aku  jatuh cinta pada wajah langit
Saat sang surya beranjak pergi
Rona jingga menawarkan keindahan
Sejenak menghipnotis pandangan

Penat yang mulai mengerogoti
Terasa terhempas tinggalkan raga
Angan terasa terbang tinggi
Bersama hembusan angin

Melayang membawaku terasa dekat
Menyentuh pesona lembayung
Menepis sejuta kegelisahan
Karena bisikannya terasa nyata

Impianku terasa semakin dekat
bintang-bintang dalam gelap malam
tak mampu mengalahkan pancaran
cahaya harapan yang kupunya