sinopsis
Biarkan derasnya hujan yang turun tuk
menghapus dan membasuh hati yang sempat salah tempat dam Beningnya hujan
membawa kejernihan di hati tuk mengembalikan senyum seperti semula. Walaupun antara
aku, kau, dan hujan hanya menjadi sebuah rasa indah dalam kisah
Antara Aku, Kau, dan Hujan
Butiran-butiran
hujan kembali menembus awan menjelang akhir Februari ini. Bajuku yang dari atas
sampai ke bawah semuanya basah kuyup. Hujan yang begitu derasnya membuatku
bergegas untuk cepat sampai ke halte bis, tapi dalam langkah gerakku yang cepat
tak membuahkan hasil, aku sangat mengkhawatirkan pakaian yang kupakai adalah
berwarna putih, rasanya aku tidak ingin melihat keadaanku sekarang. Aku hanya
berdiri berharap bis yang kutunggu tiba, tanpa memperdulikan orang-orang yang
memperhatikanku. Aku pun dikejutkan ucapan salam dari arah belakang.
“Assalamualaikum, Ukhti. Silakan pakai
jaket saya saja daripada kedinginan seperti itu ” ya ampun, ini malaikat datang
dari mana sih, baik banget, tapi sayang sayapnya tak terlihat. Aku sempat tak
bisa berkata apa-apa saat pria itu memberikan jaketnya, seperti di film-film romantiS
saja.
“Iya,
mas terima kasih” aku tak tahu harus berkata apa lagi. Tak lama kemudian bis
pun tiba, tapi itu bukan bis yang melewati jalur rumahku. Ia yang berada di
sampingku tadi, pergi begitu saja, hingga tak sempat mengucapkan selamat
tinggal, karena harus berebut tempat duduk dengan penumpang lainnya.
***
Keesokan
harinya, pagiku terasa begitu cerah secerah matahari yang baru saja terbit dari
peristirahatan. Bibirku tak pernah berhenti untuk tersenyum, karena peristiwa
kemarin sore. Kupandangi jaket kulit berwarna hitam itu. Sempatku berpikir
apakah ia adalah jodoh yang Allah kirimkan untukku. Pria berbaju putih sama
seperti ku kemarin itu, aku berharap bisa bertemu dengannya hari ini, dan mengembalikan
jaketnya.
Bis
pun menurunkanku di depan halte yang berada di depan kampusku. Kulihat halte
itu, seperti ada bayangnya yang sedang tersenyum padaku memakai baju muslim
berwarna putih, ya ampun khayalanku begitu tinggi, segera kubuyarkan
khayalanku.
“Astgarfirullah, Yunisa apa yang sedang
kamu pikirkan” aku segera bergegas pergi dari tempat itu sambil memperbaiki
baju dan kerudungku.
Saat
berada di lorong-lorong kelas, dari arah belakang Yasmin memanggilku.
“Assalamulaikum,
Yunisa. Kamu sepertinya hari ini banyak tersenyum? Ada apa. Ada kabar bahagia
ya? Apa? Cerita dong!”
“
Senyum itu kan harus, sebagai muslimah yang baik, kita memang harus seperti
itu. kemarin saat kamu pulang duluan, Nisa pulang sendirian terus sebelum
nyampai di halte eh tiba-tiba hujan, jadinya basah kuyup deh. Dan kabar
bahagiannya adalah ada seorang pria baik hati, berwajah tampan lagi, minjamkan
jaketnya padaku Yas, apa ini pertanda bahwa jodohku udah dekat ya.”
“Atas
izin Allah pasti semua itu akan terjawab Nis. Yasmin juga lagi bahagia nih. Coba
lihat apa yang ada di jari ini?”
“Cincin……..
ya ampun kamu sudah dilamar si Azril itu ya. Selamat ya. Katanya orangnya satu
kampus dengan kita, orangnya yang mana sih, kamu kan baru kenal. Pakai acara
nutupin segala lagi.” Aku menggoyang-goyangkan bahunya
“
Orangnya itu……..” kami pun berhenti di depan kelas dan melihat sudah ada dosen
“Ya
ampun tuh, ada miss M, udah di kelas nanti kita disemprot habis-habisan lagi”
kami pun bergegas masuk ke dalam kelas.” Dengan posisi yang tertunduk kami
masuk ke dalam kelas.
***
Sama
seperti kemarin, hujan kembali hadir di balik sayup-sayup rintiknya di seberang
sana. Kulihat sosoknya yang memakai baju muslim berwarna putih itu lagi,
membuatku bergegas untuk menyeberang ke sana. Tapi, sayang bis pun melaju di
hadapanku hingga aku cepat bergegas, tak sempat kuberikan jaket itu bis pun
melaju dengan kencangnya. Di balik kaca sosok pria itu berdiri sambil
memberikan senyuman termanisnya padaku. Hari ini telah kulihat lagi sosoknya,
namun tak sempat kukatakan sepatah kata pun padanya.
***
29
Februari ini, tak kan kubiarkan berlalu begitu saja. Memang pertemuan itu
begitu singkat namun sosoknya yang berparas teduh mampu meluluhkan hati ini. Rasanya
hati ini begitu penasaran dengan sosoknya. Tapi, kenapa baru sekarang ia muncul
di hadapanku dari dulu aku selalu menanti bis ia tak pernah ada. mungkin saat
inilah jodoh kutiba.
Hujan
yang menguyur dari subuh tadi, tak berhenti-henti. Sampai aku berada di kampus
pun hujan sepertinya belum reda masih menyisakan tetesan di dedaunan. Lamunanku
menghadap jendela ke arah luar, membuat perasaanku begitu syahdu dan membuatku
menyukai sayup-sayup hujan yang tampak menempel di kaca jendela, lalu tanpa
sadar kutuliskan bentuk love di kaca
itu.
“Cie,
yang sedang kasmaraan, udah kenalan belum sama pria jaket hitam itu?”
“Ada-ada
saja kamu, Yas. Boro-boro kenalan
mulangkan jaketnya saja belum, kemarin bisnya datang duluan, tapi ia sempat
senyum kepadaku dan menganggukan kepalanya mungkin mengisyaratkan minta maaf
padaku”
“Ini
undangannya Nis, datang ya Minggu depan loh 7 Maret. Jangan lupa bawa
pasangannya. Oh iya sepertinya Yas sepertinya akan menyusul Nisa menunggu bis
nantinya. Tapi Yas mau ke masjid dulu.”
“Sip
deh. Tumbenan naik bis?”
“Pengen
ngerasain romantismenya hujan bersamamu, hehehe”.
“Dasar
kamu Yas”
***
Sayup-sayup
hujan yang hanya menyisakan gerimis itu sempat menempel di pipiku dan kulihat
di seberang sana, sosok pria berbaju muslim itu sedang duduk. Aku pun segera
melirik ke kanan dan ke kiri untuk menyeberang. Aku pun tiba di hadapannya
sambil mengeluarkan jaket hitam itu. Ia pun berdiri di hadapanku dan kuberikan
jaket itu kepadanya sambil tersenyum dan kuucapkan.
“Terima
kasih ya atas pinjaman jaketnya” kuserahkan padanya, ia pun menerimanya dengan
senyuman, tidak lama kemudian bis pun
berhenti di depan halte, dan bisi tu adalah bis yang satu jalur denganku. aku
pun binggung harus bagaimana, dan
kuputuskan untuk bergegas permisi dari hadapannya di antara kerumunan
orang-orang yang berebut untuk mendapatkan tempat duduk. Kulihat iya di balik
jendela itu.
Terkejut
bukan main aku dibuatnya, Yasmin menghampiri pria berbaju muslim itu, dan tak
sengaja kulihat jari tangannya tersematkan cincin di kedua jari mereka. Ya ampun
aku tak pernah menyangka akan jadi begini. Sesorang yang aku percaya ia adalah
jodohku sejak awal, ternyata bukan milikku. Air mataku jatuh seketika membasahi
pipi, dalam hatiku berkata ya Allah mungkin aku terlalu ke-GR-an hingga menjadi seperti ini. Hati ini begitu mudah jatuh dalam
dekapan yang tak sepantasnya, dan setelah kenyataan itu diperlihatkan sirna
sudah harapan. Maafkan diriku duhai Yasmin yang sempat memilki rasa pada calon
imam-mu. Biarlah kan kuhapus rasa yang pernah singgah antara aku dan dirinya
dengan guyuran hujan yang sempat menjadi pertemuan termanis yang pernah kurasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar