Jumat, 12 Februari 2016

CERPEN: RASA SEMANIS COKLAT

Sinopsis
Rasa di atas segala rasa, Ia selalu hadir ketika diri berada di titik terendah dalam hidup, dan memiliki radar khusus tuk melihat ke dasar jiwa tuk menemukan kunci agar terbukanya pintu hati

Rasa Semanis Coklat

Lembut sekaligus manis terasa legit dan secara perlahan meleleh hingga potongan terakhir. Itulah coklat, membuat penikmatnya memjamkan mata meresapi belaian manisnya di lidah dengan bau khasnya, diiringi lantunan music sendu, hingga suasana seakan bersemi membentuk rasa senang. Tiba-tiba dari arah belakang “BLAK” bahuku dikejutkan, hampir mambuat jantungku lepas dari anggota tubuh.
“HANI, awas kamu ya, merusak suasana hati saja”
“Iya deh maaf, kamu tadi senyum-senyum sendiri kenapa? Lagi mikirin pangeran berkuda putih yang semanis coklat itu ya?”
“Ada-ada saja, kamu tahu kan malam itu saatnya orang-orang untuk merasakan ketenangan yang sesungguhnya, jadi inilah momen terbaikku dengan rasa kesukaanku, yaitu coklat yang berlapis coklat”
“Kok jadi beriklan deh, tapi ngomong-ngomong masih ingat tidak? sebulan yang lalu saat bulan januari, di hari pertama kita masuk kuliah di semester lima, rasa semanis coklat itu menyadarkan kita  ya???”
***
Aku masih ingat kok, saat itu adalah tanggal 1 januari, hari di mana para mahasiswa di kampus belajar seperti biasa. Berkumpul bersama teman membicarakan liburannya masing-masing saat di kampung halaman, sambil menunggu dosen seperti apa yang akan dihadapi di semester ini. Hari pertama kuliah sejak pagi hingga menjelang siang, tampak biasa-biasa saja. tapi, setelah mata kuliah terakhir usai, ketika hendak ke parkiran motor, aku dan hani terkejut melihat ada kantong hitam yang digantungkan di depan motor milikku,
“Han, itu apa?”
“Jangan-jangan bom lagi”
“Korban berita deh, ayo kamu yang ambil”
“Loh,loh kok jadi Hani. Nana dong. Nana kan yang punya motor”
Aku pun sedikit memberanikan diri membuka kantong hitam itu dan ternyata isinya adalah “SEPASASANG COKLAT” yang sangat menggugah batinku. Aku dan hani bertanya-tanya ini milik siapa.. Hampir satu parkiran kami tanyakan siapa yang punya tidak ada siapapun yang mengaku. Hingga akhirnya terpaksa coklat itu aku bawa pulang. Sepanjang jalan si Hani berandai-andai yang aneh hingga membuatku sedikit ingin muntah.
“Eh Na, jangan-jangan dia the secreet admirer . Kan coklatnya ada dua. Kalau dipikir-pikir tuh orangnya so sweet banget deh, kenapa jadi drama gini ya. Tapi gak mungkin deh dia menujukan coklatnya untuk dua orang, emangnya dia mau poligami, ih aku gak rela, dan tidak akan pernah rela. Pasti salah satu di antara kitalah yang kemungkinan menjadi bidadari idamannya.”
Aku pun tidak menghiraukan perkataan temanku yang sedikit dramatis ini, coklat itu kusimpan saja, siapa tahu si pemiliknya suatu hari kan muncul. Hari pun berlalu ke esokan harinya lagi, pagi-pagi kuparkirkan motorku di tempat yang sama, si hani ini orangnya tidak pernah diam, selalu brisik.
“kok pakai baju coklat, jangan-jangan terinspirasi dengan kejadian kemarin ya Na?”
“Males deh liat tampang menggodamu seperti itu, kamu kan tahu aku kan suka apa saja yang berhubungan dengan coklat”
“Oh, iya-ya, sepertinya hidupmu didominasi oleh warna coklat deh, setiap hari coklat melulu. Dari susu, baju, perna-pernik Sampai-sampai kamar aja di cat warna coklat, haduh, lama-lama kamu jadi wonder coklat deh Nana. Ya hani baru ngerti, jangan-jangan yang ngasi coklat itu suka sama kamu lagi”
“Apaan sih kamu Hani, dasar Miss Dramasiasasi. Emang ini seperti drama yang kamu tonton. Ini kehidupan nyata loh”
“ Emang seperti itu biasanya di film-film kalau ada yang ngasi kamu sesuatu pasti jadi LOVE, LOVE”
Aku jadi kepikiran dengan perkataan Hani waktu sampai di parkiran tadi. Sampai-sampai saat mata kuliah statistik saja hampir spidol melayang ke mukaku yang semanis coklat ini, karena melamun. ini semua gara-gara hani sang miss dramasisasi itu. setelah kami pulang, di parkiran terjadi lagi sebuah peristiwa saat kantong pelastik itu menjuntai di depan motorku. Oh apa ini, pikirku. Tidak hanya dua hari ini, tetapi ini terjadi hampir pertengahan tanggal di bulan januari, tanpa absen.
Tibalah, di penghujung Januari tepatnya tanggal 30. Ada secarik kertas berwarna coklat, bertuliskan

Dear Nana
Assalamualaikum, Misteri hati yang selama ini kusembunyikan darimu, lewat dua pasang coklat itu sebenarnya inginku sampaikan secara langsung, tapi daku ingin sesuatu yang berbeda, semoga apa yang daku lakukan bisa meluluhkan hatimu, dan kini tibalah saatnya daku ingin menunjukan siapa sebenarnya daku, kuharap dikau datang di bawah pohon di belakang kampus kita, terima kasih.

“Ya ampun, manisnya kata-kata pakai daku-daku lagi, mirip surat cinta 80-an, kan benar ini orang sukanya sama kamu Nana. Tapi kamu kan janji tidak akan menjalin hubungan cinta-cintaan itu selama kuliah. Apa kamu akan menjilat ludahmu sendiri?
Aku hanya terdiam dan berlalu di hadapan Hani. Sambil membawa surat itu. lama kuberpikir hingga tiba waktunya isya berkumandang, kubasahi diri dengan aliran air wudu, dan sujudku lakukan dengan sepenuh hati, hingga akhirnya kutengadahkan tangan memohon petunjuk darinya sampai meneteskan air mata, dan aku bertanya apakah ini ujian atas istiqamahku selama ini, atau ini memang sudah tiba jodohku. Dalam setiap tarikan nafas yang kuhembuskan saat menyebut nama-Nya terasa manis, semanis coklat yang tiada candu di dalamnya, kemurnian rasa yang tercipta dari khusu.
Tibalah saatnya benar-benar di penghujung tanggal, 31 Januari, hari yang membuatku harus memutuskan.
“Udah tahajud belum semalam? Sepertinya kamu cemas atau tidak sabaran melihat orangnya, katanya mau ketemuan di sini, mana orangnya, kok banyak sekali orang yang berlalu lalang di sini, kiraain tempanya sunyi, habis kita jarang di sni kan Na? ups lupa kamu kan lagi binggung maaf ya ngomong terus dari tadi.”
Aku hanya diam menunggu cemas, siapa orang yang selama ini menggantungkan coklat di motor. Tanpa memperdulikan si mulut comel Hani itu.
“Itu ada cowok, itu kan Arif, tapi kok iya balik lagi, atau si Bima dia sepertinya mau ke sini”
Tiba-tiba dari arah belakang, angin tampak melayang-layangkan daun-daun kering hingga jatuh mengenai sesosok lelaki berparas tinggi semampai itu ketika kami membalikan badan. Dan aku terkejut bukan main. Lalu berkata
“Assalamualaikum ya ukhti?”
“HAKIKI” mataku melotot bukan main, melihat cowok populer yang terkenal dengan IQ tingkat tinggi, dengan retorika yang super itu, yang menjadi pengemar rahasiaku selama ini.
“Ternyata ikhwan kacamata itu yang jadi pengagum rahasiamu selama ini Na” Hani berbisik perlahan padaku.
Sebenarnya aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Tak menyangka ia memang seperti pangeran berkuda putih yang semanis coklat yang kuidam-idamkan selama ini, tapi tak kusangka dibalik kehebatannya itu kenapa ia memilih menjalin hubungan seperti ini dengan seorang perempuan. Aku lagi, apa hebatnya hanyalah gadis biasa yang selalu sembunyi di balik buku-buku novel romantis dan ilmu agama pas-pasan.
“Pasti Nana sudah tahu maksud kedatangan saya. Saya berharap kita bisa saling mengenal seperti layaknya pasangan lainnya”
Lama ku terdiam tak bicara, hanya menunduk, hingga Hani pun mengagetkanku untuk berbicara kepadanya.
“Sebenarnya ki, kalau boleh mengakui caramu menyampaikan rasa itu memang semanis coklat, awalnya memang diri ini menyukai dirimu sama seperti yang lainnya, tapi kurasa caramu tidak tepat dalam menafsirkan cinta itu. Cinta itu tidak hanya sebatas coklat, jika kita berjodoh masa depan yang akan membuktikannya, maaf ini keputusanku Ki, ayo pergi Han” aku pun megang tangan Hani dan berlalu di hadapannya
“Nikmat mana yang telah kudustakan, Nana? Saya memang begitu menghargai rasa cinta itu, menahan perasaan ini selama ini, apa diri ini harus berdusta selamannya. Rasa cinta yang kurasakan ini melebihi manisnya coklat dan sangat tulus, kau harus tahu itu”
Aku berhenti mendengar perkataannya seperti itu, dan aku hanya terdiam terpaku dan aku pun menghela nafas mengumpulkan energy tuk menghadapinya.
“Kamu harus tahu, rasa yang paling istimewa, rasa di atas segala rasa memanglah cinta, tapi kita lupa bahwa sang pemilik cinta yang sesunggunya adalah ALLAH. Selamanya rasa semanis coklat akan diberikannya kepada insan yang mau menjalankan syariatnya dengan benar, maka jangan pernah mendustai nikmat yang telah diberikan-Nya.”
“Apakah kamu tidak akan menerimaku seperti yang kuinginkan?”
“Yah, memang dirimu sangat menawan, tapi diri ini tak akan membiarkan ikhwan sepertimu ternodai dari penafsiran cinta yang salah. Masalah hati, tak akan mudah dibuka begitu saja ia butuh pembuktian dan usaha demi membuka pintu hati yang terkunci rapat saat ini, dan akan terbuka pada saat yang tepat. Assalamulaikum ya Akhi”
Aku pergi pergi bergegas di parkiran, takutnya ia akan mengejarku seperti di drama-drama itu. Hingga kubergegas menyalakan motor dan berlalu bersama Hani.
“Ya ampun Na, puitis sekali kata-kata mu tadi. Daku sampai meletakan tangan di pipi loh, kamu yakin dengan keputusanmu itu”
“Jika dia sungguh-sungguh dan bisa berusaha membuka hati pintu hatiku di masa depan kelak, mungkin iya”
***
“Na, na. hei kok ngelamun paki senyum-senyum aneh lagi. Hani mau pinjam catatan statistinya kan mau belajar, besok ujian hehehe”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar