Rabu, 09 Maret 2016

CERPEN: MIANHE

Mianhe
Mianhe” adalah kata yang kubaca ketika kubuka sms yang masuk di hp. Pesan singkat itu sudah dikirim dari seminggu yang berlalu bahkan setiap hari, hingga hari ini. Pikirku ini orang maunya apa sih??? Pesan yang tidak kuhiraukan itu akhirnya kubalas juga.
Assalamulaikum, siapapun anda, tolong jangan ganggu orang seperti ini ya, terima kasih” kuketik kata-kata itu dengan setengah emosi.
“Ada apa sih Shaffiyah? Sepertinya kamu kesal sekali!” Novi menghampiri meja kerjaku.
“ini nih Nov, ada orang yang sms ke nomorku, setiap hari dari seminggu yang lalu, pesan yang sama lagi, kamu tahu apa MIANHE
“Mungkin dia tahu kalau kamu suka nonton drama Korea kali ya”
“Tapi apa maksudnya, mengirimku kata itu. Yang jelas pekerjaanku jadi tidak kelar nih gara-gara memikirkan itu”
“Awas loh kamu nanti dimarahin Jeng Ana nanti, kalau dia sudah marah nanti urusannya jadi cetar membahana”
Insya Allah pasti akan kuselesaikan, tinggal masangin payet-payetnya. Punyamu itu roknya juga belum  diselesaikan yak an???”
“Kalau begitu kita sambung ceritanya lain kali saja lagi ya, aku mau nyelesaikan roknya”
Kuhidupkan lagi mesin jahit untuk menyelesaikan kebaya pengantin yang sempat terbengkalai karena memikirkan hal itu. Walaupun aku terfokus pada  pekerjaanku tapi hatiku masih bertanya-tanya apa maksud dari pesan sigkat itu.
***
“Fiyah, tunggu. kita jalan sama-sama ya ke halte bisnya” Novi memanggilku dan bergegas menghampiriku kami pun berjalan bersama meninggalkan butik Jeng Ana.
“Nov, aku masih penasaran siapa ya yang mengirim sms itu, apa tujuannnya?”
“Mungkin ini ada kaitannya dengan masa lalumu mungkin?”
Aku terdiam sejenak apa mungkin dia ya? Pikirku. Bukankah ia tidak pernah menghubungiku lagi semenjak lulus dari smk itu.
“Shaffiyah, Shaffiyah, Shaaaaaffiyaaaaaah” Novi memanggilku karena melamun sampai lupa bis sudah tiba di depan halte.
“Oh iya, aku pergi dulu ya Nov. sampai ketemu besok”
Kulihat keluar jendela, hiruk pikuk keramaian kota diwarnai suara kelakson mobil ditambah cuaca yang tampak sayup-sayup menyambut senja menjuntai indah di langit yang berkelabu itu.  diriku pun terbawa lamunan  pada kisah di masa lalu.
***
Hwathing joena
“Dae oppa”
Itu adalah cuplikan drama Korea yang kami tonton di kamar kos dengan leptop milik Kim.
“Ya ampun sweetnya Yong Hwa itu, lesung pipitnya buat melting” kim berkata tanpa sadar.
“Gantengan si Kim Won, cocok lagi sama si Yuri” aku menyangkalnya
“tetap si Yong Hwa lah, kan Yong Hwa pemeran utamanya”
“Aku udah dulu deh nontonya, mau ngerjain desain dulu. Kamu juga Kim besok lagi ngelanjutinnya”
“Besok sajalah desain itu gampang” ia masih terpaku pada drama Korea itu
Aku menggeleng-geleng kepala. Kugambar pola baju, untuk tugas akhir ujian praktek di SMK. Beberapa desain telah kubuat. Hingga kulirik si Kim masih saja asyik dengan drama Koreanya. Tanpa sadar aku pun tertidur karena kelelahan saat membuat desain baju dengan sentuhan batik itu.
Keesokan harinya, kim seperti tampak binggung aku sudah duga pasti dia tidak mengerjakan desain itu.
“Kenapa Kim???” aku pura-pura bertanya
“Fiyah ottoke???? Aku belum buat desainnya” wajahnya begitu panik.
“Ya udah ambil punyaku saja, semalam ada beberapa desain yang kubuat” aku memberikannya solusi, karena ia juga sering membantuku dalam meminjamkan laptop miliknya untuk mengerjakan tugas.
Gomawo oppta joana” dia memelukku.
Begitulah persahabatan yang kami jalani, memiliki keinginan yang sama membuat aku dan Kim seperti saudara kandung, pertemanan itu pun sudah dijalani sejak masa-masa SD, hingga memutuskan masuk SMK di jurusan fashion desainer. Ada satu impian yang sangat kami ingin lakukan bersama-sama adalah mengunjungi negeri oppa-oppa ganteng itu, Korea Selatan.
Dalam penantian pengumuman kelulusan masa akhir sekolah, kami masih berada di  kos, sambil menentukan masa depan yang akan dijalani selanjutnya. Saat kupinjam leptop Kim, tanpa sengaja muncul informasi tentang beasiswa luar negeri di Korea Selatan bidang desain pula. Aku pun memanggil Kim yang sedang asyik membaca tabloid tentang artis Korea itu.
“Kim, Kim, Kim. Sini deh ada hot news nih” aku memanggilnya dengan wajah bersemangat
“Apaan sih Fiyah???”
“ Ini nih Kim, akhirnya doa kita dikabulkan ya. Beasiswa di bidang Fashion Desainer dari Universitas Korea Selatan membuka peluang untuk lulusan SMK di Indonesia, syaratnya Cuma bisa bahasa Inggris dan menyertakan desain terbaik aja tuh” kami berdua saling tatap-tatapan dan berteriak
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” sampai penghuni kos yang lainnya memarahi kami.
“Bahasa Inggris udah makanan kita sehari-hari itu gampang yak an Fiyah, tapi desainnya itu apa ya. Ya udah mulai dari sekarang kita kumpulkan energy untuk menuangkan ide tentang pola terindah yang akan mengantarkan kita menuju masa depan yang cemerlang”
“Keren banget kata-katamu Kim, syukur kita diwajibkan bisa berbahasa inggris di SMK ya. Alhamdulillah deh pokoknya.”
Saat itu, aku dan Kim sibuk mengumpulkan ide untuk mengoreskan desain di atas kertas. Akhirnya kutemukan ide untuk membuat desain baju kombinasi antara baju hanbok baju tradisional Korea dengan sedikit batik sebagai pemanisnya, kugambar batik bermotif bunga dengan telaten.
Segala berkas telah kami urus dan telah dikirim kepada pihak penyelengara, Hanya tinggal menunggu proses wawancaranya saja.
“Fiyah idemu tentang apa” Tanya Kim kepadaku, karena keesokan harinya setelah seminggu mengirim desain itu aka nada sesi wawancara, kami pun berlatih bersama-sama
“Ideku cukup simple kok, desain kombinasi antara batik dan juga hanbok itu loh baju tradisional Korea, dengan sentuhan warna monokromatik menjadikannya elegan dan sederhana cocok di pakai oleh semua kalangan wanita baik itu dari anak kecil, remaja, dewasa, bahkan nenek-nenek. Bentuk handbook yang lengan seperti baju terusan berlengan panjang jadi cocok untuk di mix and mach dengan apa pun terutama mereka yang berhijab juga jadi tertutup dan lekukan tubuhnya tidak terlalu kelihatan. Inti dari desain ini adalah sederhana, istimewa, dan ekonomis kalau mau dijual sih, hahahahaha”
“Wah, keren-keren. Persentasi yang spektakuler sekali.” Kim bertepuk tangan menyatakan selamat padaku.
“udah malam nih, tidur yuk. Kita harus tidur cepat biar besoknya tidak ngantuk pas wawancaranya”
Matahari tampak begitu secerah semangat kami untuk menjalani tes wawancara, senyum dan saling menatap saat berjalan menuju ruangan, tapi hati tak bisa menyembunyikan perasaan degupan kencang hampir-hampir membuat jantung mau copot.
“KIMISHA HANARIYANTI silahkan masuk kedalam” Kim pun dipanggil mendahuluiku untuk melakukan sesi wawancara
Beberapa lama kemudian namaku dipanggil.
“SHAFFIYAH SALINA silahkan masuk” degupan jantungku seperti diberi mikerophon hingga suara keras begitu hebatnya.
Pewawancara itu pun mulai mengintrogasiku.
“Kamu dari Smk Tunas Harapan ya, sepertinya desain kamu hampir mirip dengan yang sama dengan yang tadi”
Tiga orang pewawancara itu pun saling berpandang-pandangan.
“Sebenarnya desain kamu ini sangat menarik. Tapi maaf beasiswa ini hanya diperuntukan untuk satu orang di satu sekolah saja, jadi kami rasa peserta yang sama dari smk kamu tadi sudah sangat menarik dengan presntasinya”
Rasanya aku ingin pingsan, menangis, teriak, dan memberontak saat itu juga.
“Kalau boleh tahu peserta yang satu sekolah dengan saya terus desainnya juga hampir mirip itu siapa ya pak?”
“Kimisha Hanariyanti” aku melotot dan tak pernah menyangka orang yang sangat-sangat aku percayai tega menghiyanatiku seperti ini. aku berjalan tak tentu arah dan jejak Kim tak pernah kuketahui lagi.
***
“Mbak, mbak, mbak udah nyampai” tanpa sadar air mataku jatuh hingga membuat kenek bis pun kaget saat melihatku.
Tidak berapa lama kemudian aku turun dari bis pesan singkat itu kembali muncul dari hp “MIANHE
“Aku tahu sekarang ini kamu kim, kenapa baru sekarang kata maaf itu baru kamu sadari harus kamu lakukan untuk menebus kesalahanmu” aku mengetik pesan itu sambil menahan air mata
“aku malu fiyah, untuk menemuimu sejak hari itu, aku baru menyadari bahwa sukses yang aku dapat di Seoul tidak akan pernah berkah jika diawali dengan kelicikan untuk mendapatkannya, mianhe Fiyah, aku benar-benar takut karena bayang-bayang saat aku harus mencuri mimpi indahmu” ia membalas pesanku begitu panjangnya
“penghianatan begitu hebatnya akan tersandera dua pilihan dendam atau memaafkan, tetapi nurani tidak akan pernah tega untuk melukai dengan cara yang sama, karena kupercaya semua ini adalah takdir terbaik yang diberikan Tuhan”
“Izinkan aku untuk menghapus pola dusta yang telah kugoreskan di atas kertas putih yang terlalu lama kusimpan selama ini”
“Kim, Fiyah akan selalu mendoakan kesukesanmu menjadi fashion deainer seperti yang kamu inginkan jangan lupa salam ya sama oppa di sana ya, hehehehe”

ARTI KATA YANG DIMIRINGKAN
MIANHE: MAAF
HWATING JOENA: SEMANGAT SAYANG
DAE OPPA: IYA ABANG
SWEET: MANIS
MELTING: MELELEH
OTTOKE: BAGAIMANA
GOMAWO OPPTA JOANA: TERIMA KASIH SAYANG
MONOKROMATIK: WARNA SENADA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar