P
E R T E M U A N
Jatuh memang sakit, tapi jatuh cinta
bisa menyihir korbannya merasa bahagia hingga lupa diri bahkan lebih parah lagi
menjadi malapetaka bagi masa depannya semua itu karena pertemuan
“kamu mau jodoh
yang seperti apa ais?”
Pertanyaan itu
cukup menamparku, kenapa kalimat itu harus berulang kali terucap dari orang
terdekat. Apa salahnya sendiri? Sepertinya dunia ini tidak bisa dihuni orang
yang berkomitmen sementara tanpa pasangan termasuklah aku. Hari-hari ku tidak
pernah absen dari pria-pria yang mengetes tingkat kebaperan. Yang sabar
sajalah, pertanyaan anin tidak kujawab
hanya terdiam sambil mengetik di laptop.
“memang jodoh
sudah ditentukan Allah, tapi kita juga harus berusaha mendeteksi dengan mencarinya.
Hanya doalah yang bisa menggiring kita untuk dipertemukan dengan dia. dulu
sebelum bertemu bang Fais, aku punya banyak khayalan tentang pertemuan”
“PERTEMUAN” Aku
pun mengernyitkan dahiku
“yah, pertemuan.
Kata yang diimbuhi per dan an hingga menjadi makna yang bisa dimengerti semua
orang yaitu pertemuan”
“apa lagi tuh,
makin tidak paham deh sama kamu nin”
“berbagai
khayalan yang masih kusimpan dibenakku tentang pertemuan aku dengan seseorang’
Aku semakin
mengernyitkan dahi dan mengeleng-geleng kan kepala
“aku selalu
berkhayal akankah pertemuan itu ketika aku sedang berjalan dan membawa buku lalu
tertabrak oleh seorang yang tidak kulihat, karena pandanganku hanya tertuju
pada buku yang jatuh dan buku yang terakhir seseorang mengambilkannya untukku
lalu tanpa sengaja tatapan dari wajahnya yang manis cukup mengusir kepanikanku”
“hush, dosa itu
zina mata loh nin” tambahku
“belum selesai,
biarkan aku menyelesaikan baru bicara. Kemudia bisa juga pertemuan itu saat
berada di perpustakaan saat sedang mencari buku, buku yang kucari pun kudapatkan
tapi buku itu juga seperti ditarik dari arah sebelah, setelah berusaha menarik
buku akhirnya kudapatkan juga dan terlihatlah sosok yang mungkin akan
mengetarkan hatiku. Atau pertemuan itu mungkin saja di tempat yang menurutku
paling sakral, masjid saat menuruni tangga layaknya putrid-putri di negeri
dongeng itu, saking menghayati suasana aku pun tanpa sengaja terpeleset
tiba-tiba dari arah belakang ada yang menyambutku hingga membuat aku tidak
terjatuh ke lantai, tapi jatuh kepelukannya”
“ya ampun nin,
itu dosa, khayalanmu itu” tanpa peduli kata-kataku ia pun melanjutkan
perkataannya.
“atau ketika
saat panas menyengat berubah menjadi hujan hingga membuatku tertahan di depan
gedung, tanpa kusadari ada seorang pria yang sama sedang menunggu hujan reda di
gedung seberang dengan sambil menatapku di antara rintik-rintik hujan”
“cukup nin,
khayalan kamu itu terlalu klise, mana ada pertemuan seperti itu di
perpustakaan, masjid, saat hujanlah, terlalu banyak nonton film romantic jadi
bapernya menjadi-jadi sih” aku pun mengentikan khayalannya tentang pertemuan
itu.
“tapi aku
percaya kamu juga pernah bertemu dengan orang yang pernah singgah meski hanya
sebentarkan. Bohong kalau ada orang yang tidak memiliki rasa sayang pada
seseorang meski hanya sementara”
“manusiawi
memang nin, aku akui kamu benar, meski aku tidak pernah punya status pacaran,
rasa itu pernah singgah di hati” tanganku pun berhenti mengetik dan aku pun
melanjutkan cerita pada anin.
***
Semenjak kuliah
hidupku berubah total, lincah dan gesit membuat keceriaan tidak pernah hilang
dari wajahku. Semester demi semester pun kulewati di jurusan sastra. waktu
telah membuatku lupa untuk pergi bersenang dengan teman-teman. Benakku hanya
dipenuhi dengan buku, buku, dan buku. Aku suka membaca dan setiap ada
kesempatan pasti kusempatkan untuk membaca.
Terbiasa bertemu
dan berdiskusi membuat seorang pria itu cukup membuatku kagum. Awalnya hanya
sebatas itu, tapi aku sering menatapnya entah kenapa. kata-katanya yang penuh
pemahaman dan juga kesopanan diri membuatku cukup menaruh sedikit rasa
untuknya. Sampai pada suatu ketiaka ia pun menyatakan perasaannya di hadapan
semua orang. tapi bukan padaku melainkan pada seorang perempuan yang manis.
waktu itu aku hanya bisa menyimpan rasa itu begitu saja.
Tahun ketiga,
kami berada di kampus membuat banyak perubahan semenjak kejadian itu tidak
pernah terdengar kabarnya dengan gadis itu lagi dan kami pun masih seperti
biasanya bercanda gurau. Namun, ada yang aneh dengannya, firasatku mengatakan
ada sesuatu di matanya yang tidak kumengerti sampai pada suatu ketika, kami
berkemupul di taman ia datang dan mengatakan hal yang tidak kupercaya di depan
banyak orang
“ais, ada yang
ingin kukatakan! Kalau aku ngelamar kamu gimana? Apa kamu mau menerimanya?”
Kalimat itu
cukup membuatku bungkam seribu bahasa, dan tidak bisa berkata apa-apa.
“bagaimana ais?”
hingga tiga kali kepadaku
Aku masih tidak
percaya, sepertinya aku berada di negeri dongeng yang aku tidak tahu judulnya,
rasanya sulit untuk kembali ke dunia nyata lagi dan harus memberikan keputusan.
Aku memnutuskan untuk diam.
Diam itu membuat
ia berubah 180 drajat celcius. Ia tidak seperti biasanya lagi, tapi terkadang
ia berbicara panjang lebar kepadaku tanpa mengingat kejadian itu. sampai
kudengar kabar dari seorang teman perempuan
“ais kamu benar,
perempuan yang ia tulis di medsosnya itu larisa”
Rasa yang mulai
berkembang biak itu musnah ketika firasat itu jelas adanya. Sejak itu aku tidak
bisa menahan rasa kecewa, dengan mudahnya ia berpaling dari kata-katanya. Dari situlah
aku mulai belajar mengikhlaskan dan hatiku tidak akan pernah bisa tumbuh lagi
dan kubiarkan rasa itu terbunuh perlahan.
Pertemuan yang
membuatku belajar bahwa hidup harus merelakan. Jatuh itu memang sakit, tapi
jatuh cinta bisa membuat yang penyandangnya bahagia, sedih, buta, gila bahkan bunuh diri, dan yang paling
benar adalah mengikhlaskan juga bersabar untuk menuju cinta yang halal.
***
Anin meneteskan
air matanya saat menedengar kisahku.
“ais” ia
memeluku erat sambil menangis tersedu-sedu di bahuku
“yah, 2 tahun
berlalu dan aku tidak bisa menghilangkan rasa itu sepenuhnya nin. Bersyukurlah kami
yang seminggu lagi sudah bersama cinta yang halal. Kalau kitanya baik insya
Allah jodoh kita juga baik nin, kamu sama bang fais, kalau bukan karena aku
kalian tidak pernah ketemu kan, itulah hebatnya pertemuan”
“Alhamdulillah,
kita nanti akan menjadi keluarga aisyah ranum”
“kumohon jaga
cintamu pada saudarku faiz ishak ya aninda dara”