Weekend In
Parit Surabaya, Sungai Ambawang
Kami memutuskan untuk pergi di hari sabtu setelah mata kuliah
selesai. Pada hari itu mungkin bisa dibilang hari keberuntungan karena,
dosennya ke luar kota. Sebenarnya hari Sabtu adalah hari padat karena kuliah
dari 07. 30 hingga 17. 50, dengan 4 mata kuliah. Kuliah berakhir pada pukul 14.
45, sehingga kami bergegas untuk packing
dan bersiap-siap untuk berangkat, kendaraan yang digunakan adalah motor beat putih.
Perjalanan yang dilalui mulai dari jalan raya yang beraspal
hingga masuk ke jalan yang hanya motor saja bisa melaluinya. Untuk sampai ke
Parit Surabaya harus melalui penyebrangan sungai yang tidak terlalu besar,
namun karena tidak ada jembatan mengharuskan orang-orang melakukan penyebrangan
dengan perahu atau lebih dikenal dengan motor
kelotok. Setelah menyeberang perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalan
yang putus nyambung-putus nyambung dan hanya bisa dilalui motor saja disertai
lobang yang bisa dibilang cukup banyak. Apalagi rute perjalanannya yang banyak
belokannya membuatku susah untuk mengahapal di mana letak desa Parit Surabaya.
Sesampai di rumah Ruro yang memakan waktu selama kurang lebih
2 jam lebih. Dari arah jendela sesosok perempuan renta melihat di balik
jendela, ia adalah ibunya temanku. Terkejut bukan main ibunya saat melihat
anaknya pulang, dikarenakan tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Memang Ruro itu
adalah teman yang dalam diamnya punya syndrome kejailan juga. Sebenarnya
kedatangan kami ke Parit Surabaya adalah untuk menghadiri acara reunion akbar
yang adiadakan setiap 3 tahun sekali, sekaligus merayakan tahun baru Hijriah.
Banyak sekali pengalaman yang aku dapatkan saat berada di
tengah kehangatan keluarga yang bersuku Madura ini. keramahan membuatku merasa
nyaman di sana. Selama berada di sana hampir setiap saat aku selalu ditawarkan
makan. Awal kedatangan kami saja sudah disuguhkan nasi beserta lauk pauknya,
tidak beberapa lama kemudian kue pun ditawarkan, kalau lama-lama di sana bisa
nambah berat badan nih, hehehe. Tapi aku heran kenapa temanku Ruro tubuhnya
bukan makin gemuk tapi makin kurus, aneh memang.
Hari Minggu, 18 Oktober 2015, kami bersiap-siap untuk mengikuti
acara reunion yang diadakan di pesanteren Raudhatul Ulum. Pesantren temanku ini
bisa sangatlah dekat cukup jalan lima langkah di samping, karena memang rumahnya bersebelahan
dengan pondok pesantren. Acara reounian tidak jadi diadakan di pagi hari,
banyak para alumni yang tidak datang, selain acara reunion akbar ada juga acara
orang tua para santri dan alumni, juga masyarakat sekitar untuk mengikuti
ceramah akbar. santri wanita yang baru datang berada di asrama perempuan,
kondisi bangunannya lumayan bagus, kamarnya juga cukup luas. Akhirnya para
alumni bergabung di kamar mereka dulu dan bernostalgia bersama.
Potret kebersamaan itu memperlihatkan bahwa sebuah
persaudaraan tidak akan termakan waktu dan dimensi yang berbeda. Ada sebuah
kebahagian tertunda, tapi ketika pertemuan semuanya tumpah dan mengalir dengan
indah bersama canda tawa. Perjalanan kali ini memberiku sebuah pengertian bahwa
semua terasa lepas dalam kebersamaan meskipun dalam kesederhanaan.
Teruntuk, Sahabatku
Ahjuma Masruruoh
Seru eh..
BalasHapusTp ad yg salah tu..bkn 3 thn skali tp 2 thn skali hee
sangat bagus
BalasHapusmakasih semua atas masukannya.
BalasHapusgoooooooooooooooooooooooooooooood
BalasHapusgoooooooooooooooooooooooooooooood
BalasHapus