Mianhe
“Mianhe” adalah kata yang kubaca ketika
kubuka sms yang masuk di hp. Pesan singkat itu sudah dikirim dari seminggu yang
berlalu bahkan setiap hari, hingga hari ini. Pikirku ini orang maunya apa
sih??? Pesan yang tidak kuhiraukan itu akhirnya kubalas juga.
“
Assalamulaikum, siapapun anda, tolong
jangan ganggu orang seperti ini ya, terima kasih” kuketik kata-kata itu dengan
setengah emosi.
“Ada
apa sih Shaffiyah? Sepertinya kamu kesal sekali!” Novi menghampiri meja
kerjaku.
“ini
nih Nov, ada orang yang sms ke nomorku, setiap hari dari seminggu yang lalu,
pesan yang sama lagi, kamu tahu apa MIANHE”
“Mungkin
dia tahu kalau kamu suka nonton drama Korea kali ya”
“Tapi
apa maksudnya, mengirimku kata itu. Yang jelas pekerjaanku jadi tidak kelar nih
gara-gara memikirkan itu”
“Awas
loh kamu nanti dimarahin Jeng Ana nanti, kalau dia sudah marah nanti urusannya
jadi cetar membahana”
“Insya Allah pasti akan kuselesaikan,
tinggal masangin payet-payetnya. Punyamu itu roknya juga belum diselesaikan yak an???”
“Kalau
begitu kita sambung ceritanya lain kali saja lagi ya, aku mau nyelesaikan
roknya”
Kuhidupkan
lagi mesin jahit untuk menyelesaikan kebaya pengantin yang sempat terbengkalai
karena memikirkan hal itu. Walaupun aku terfokus pada pekerjaanku tapi hatiku masih bertanya-tanya
apa maksud dari pesan sigkat itu.
***
“Fiyah,
tunggu. kita jalan sama-sama ya ke halte bisnya” Novi memanggilku dan bergegas
menghampiriku kami pun berjalan bersama meninggalkan butik Jeng Ana.
“Nov,
aku masih penasaran siapa ya yang mengirim sms itu, apa tujuannnya?”
“Mungkin
ini ada kaitannya dengan masa lalumu mungkin?”
Aku
terdiam sejenak apa mungkin dia ya? Pikirku. Bukankah ia tidak pernah
menghubungiku lagi semenjak lulus dari smk itu.
“Shaffiyah,
Shaffiyah, Shaaaaaffiyaaaaaah” Novi memanggilku karena melamun sampai lupa bis
sudah tiba di depan halte.
“Oh
iya, aku pergi dulu ya Nov. sampai ketemu besok”
Kulihat
keluar jendela, hiruk pikuk keramaian kota diwarnai suara kelakson mobil
ditambah cuaca yang tampak sayup-sayup menyambut senja menjuntai indah di
langit yang berkelabu itu. diriku pun
terbawa lamunan pada kisah di masa lalu.
***
“Hwathing joena”
“Dae oppa”
Itu
adalah cuplikan drama Korea yang kami tonton di kamar kos dengan leptop milik Kim.
“Ya
ampun sweetnya Yong Hwa itu, lesung
pipitnya buat melting” kim berkata
tanpa sadar.
“Gantengan
si Kim Won, cocok lagi sama si Yuri” aku menyangkalnya
“tetap
si Yong Hwa lah, kan Yong Hwa pemeran utamanya”
“Aku
udah dulu deh nontonya, mau ngerjain desain dulu. Kamu juga Kim besok lagi
ngelanjutinnya”
“Besok
sajalah desain itu gampang” ia masih terpaku pada drama Korea itu
Aku
menggeleng-geleng kepala. Kugambar pola baju, untuk tugas akhir ujian praktek
di SMK. Beberapa desain telah kubuat. Hingga kulirik si Kim masih saja asyik
dengan drama Koreanya. Tanpa sadar aku pun tertidur karena kelelahan saat
membuat desain baju dengan sentuhan batik itu.
Keesokan
harinya, kim seperti tampak binggung aku sudah duga pasti dia tidak mengerjakan
desain itu.
“Kenapa
Kim???” aku pura-pura bertanya
“Fiyah
ottoke???? Aku belum buat desainnya”
wajahnya begitu panik.
“Ya
udah ambil punyaku saja, semalam ada beberapa desain yang kubuat” aku
memberikannya solusi, karena ia juga sering membantuku dalam meminjamkan laptop
miliknya untuk mengerjakan tugas.
“Gomawo oppta joana” dia memelukku.
Begitulah
persahabatan yang kami jalani, memiliki keinginan yang sama membuat aku dan Kim
seperti saudara kandung, pertemanan itu pun sudah dijalani sejak masa-masa SD,
hingga memutuskan masuk SMK di jurusan fashion
desainer. Ada satu impian yang sangat kami ingin lakukan bersama-sama
adalah mengunjungi negeri oppa-oppa
ganteng itu, Korea Selatan.
Dalam
penantian pengumuman kelulusan masa akhir sekolah, kami masih berada di kos, sambil menentukan masa depan yang akan
dijalani selanjutnya. Saat kupinjam leptop Kim, tanpa sengaja muncul informasi
tentang beasiswa luar negeri di Korea Selatan bidang desain pula. Aku pun
memanggil Kim yang sedang asyik membaca tabloid tentang artis Korea itu.
“Kim,
Kim, Kim. Sini deh ada hot news nih”
aku memanggilnya dengan wajah bersemangat
“Apaan
sih Fiyah???”
“
Ini nih Kim, akhirnya doa kita dikabulkan ya. Beasiswa di bidang Fashion Desainer dari Universitas Korea
Selatan membuka peluang untuk lulusan SMK di Indonesia, syaratnya Cuma bisa
bahasa Inggris dan menyertakan desain terbaik aja tuh” kami berdua saling
tatap-tatapan dan berteriak
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”
sampai penghuni kos yang lainnya memarahi kami.
“Bahasa
Inggris udah makanan kita sehari-hari itu gampang yak an Fiyah, tapi desainnya
itu apa ya. Ya udah mulai dari sekarang kita kumpulkan energy untuk menuangkan
ide tentang pola terindah yang akan mengantarkan kita menuju masa depan yang
cemerlang”
“Keren
banget kata-katamu Kim, syukur kita diwajibkan bisa berbahasa inggris di SMK
ya. Alhamdulillah deh pokoknya.”
Saat
itu, aku dan Kim sibuk mengumpulkan ide untuk mengoreskan desain di atas
kertas. Akhirnya kutemukan ide untuk membuat desain baju kombinasi antara baju hanbok baju tradisional Korea dengan
sedikit batik sebagai pemanisnya, kugambar batik bermotif bunga dengan telaten.
Segala
berkas telah kami urus dan telah dikirim kepada pihak penyelengara, Hanya
tinggal menunggu proses wawancaranya saja.
“Fiyah
idemu tentang apa” Tanya Kim kepadaku, karena keesokan harinya setelah seminggu
mengirim desain itu aka nada sesi wawancara, kami pun berlatih bersama-sama
“Ideku
cukup simple kok, desain kombinasi antara batik dan juga hanbok itu loh baju tradisional Korea, dengan sentuhan warna
monokromatik menjadikannya elegan dan sederhana cocok di pakai oleh semua
kalangan wanita baik itu dari anak kecil, remaja, dewasa, bahkan nenek-nenek. Bentuk
handbook yang lengan seperti baju
terusan berlengan panjang jadi cocok untuk di mix and mach dengan apa pun
terutama mereka yang berhijab juga jadi tertutup dan lekukan tubuhnya tidak
terlalu kelihatan. Inti dari desain ini adalah sederhana, istimewa, dan
ekonomis kalau mau dijual sih, hahahahaha”
“Wah,
keren-keren. Persentasi yang spektakuler
sekali.” Kim bertepuk tangan menyatakan selamat padaku.
“udah
malam nih, tidur yuk. Kita harus tidur cepat biar besoknya tidak ngantuk pas
wawancaranya”
Matahari
tampak begitu secerah semangat kami untuk menjalani tes wawancara, senyum dan
saling menatap saat berjalan menuju ruangan, tapi hati tak bisa menyembunyikan
perasaan degupan kencang hampir-hampir membuat jantung mau copot.
“KIMISHA
HANARIYANTI silahkan masuk kedalam” Kim pun dipanggil mendahuluiku untuk
melakukan sesi wawancara
Beberapa
lama kemudian namaku dipanggil.
“SHAFFIYAH
SALINA silahkan masuk” degupan jantungku seperti diberi mikerophon hingga suara
keras begitu hebatnya.
Pewawancara
itu pun mulai mengintrogasiku.
“Kamu
dari Smk Tunas Harapan ya, sepertinya desain kamu hampir mirip dengan yang sama
dengan yang tadi”
Tiga
orang pewawancara itu pun saling berpandang-pandangan.
“Sebenarnya
desain kamu ini sangat menarik. Tapi maaf beasiswa ini hanya diperuntukan untuk
satu orang di satu sekolah saja, jadi kami rasa peserta yang sama dari smk kamu
tadi sudah sangat menarik dengan presntasinya”
Rasanya
aku ingin pingsan, menangis, teriak, dan memberontak saat itu juga.
“Kalau
boleh tahu peserta yang satu sekolah dengan saya terus desainnya juga hampir
mirip itu siapa ya pak?”
“Kimisha
Hanariyanti” aku melotot dan tak pernah menyangka orang yang sangat-sangat aku
percayai tega menghiyanatiku seperti ini. aku berjalan tak tentu arah dan jejak
Kim tak pernah kuketahui lagi.
***
“Mbak,
mbak, mbak udah nyampai” tanpa sadar air mataku jatuh hingga membuat kenek bis
pun kaget saat melihatku.
Tidak
berapa lama kemudian aku turun dari bis pesan singkat itu kembali muncul dari
hp “MIANHE”
“Aku
tahu sekarang ini kamu kim, kenapa baru sekarang kata maaf itu baru kamu sadari
harus kamu lakukan untuk menebus kesalahanmu” aku mengetik pesan itu sambil
menahan air mata
“aku
malu fiyah, untuk menemuimu sejak hari itu, aku baru menyadari bahwa sukses
yang aku dapat di Seoul tidak akan pernah berkah jika diawali dengan kelicikan
untuk mendapatkannya, mianhe Fiyah,
aku benar-benar takut karena bayang-bayang saat aku harus mencuri mimpi indahmu”
ia membalas pesanku begitu panjangnya
“penghianatan
begitu hebatnya akan tersandera dua pilihan dendam atau memaafkan, tetapi
nurani tidak akan pernah tega untuk melukai dengan cara yang sama, karena
kupercaya semua ini adalah takdir terbaik yang diberikan Tuhan”
“Izinkan
aku untuk menghapus pola dusta yang telah kugoreskan di atas kertas putih yang
terlalu lama kusimpan selama ini”
“Kim,
Fiyah akan selalu mendoakan kesukesanmu menjadi fashion deainer seperti yang kamu inginkan jangan lupa salam ya
sama oppa di sana ya, hehehehe”
ARTI KATA YANG DIMIRINGKAN
MIANHE: MAAF
HWATING JOENA: SEMANGAT SAYANG
DAE OPPA: IYA ABANG
SWEET: MANIS
MELTING: MELELEH
OTTOKE: BAGAIMANA
GOMAWO OPPTA JOANA: TERIMA KASIH SAYANG
MONOKROMATIK: WARNA SENADA