Senin, 23 November 2015

Tentang Empat Warna Pelangi Persahabatan


Tentang Empat  Warna Pelangi Persahabatan

Entah kenapa aku suka menulis tentang kenangan. Saat menulis bait demi bait tulisan, rasa bahagia itu selalu mengembang di bibir ini. Dengan menulis kenangan sedikit mengobati rasa kesedihan dalam kehidupan. Aku hanya berharap kalian juga ingat tentang kita. kenangan yang indah perlu diingat sampai kapanpun, mungkin hanya ini saja yang bisa aku berikan untuk kalian. Saat aku ingin menulis tentang kita, inspirasi itu mengalir lewat foto-foto masa lalu yang penuh keluguan. Hidup hanya sekali teman, izinkan aku untuk menulis tentang persahabatan kita dari kecil.

Apa kabar Butet, Ewit, dan juga Tikot, aku kangen kalian, suer demi apapun, hehe, alay ya. Abis baca tulisan ini siap-siap mulas, terus diare ya, tapi tanggung sendiri ya. Kalau begitu saksikan cuplikan-cuplikan kisah kita, jangan lupa siapkan tissue, pop corn, terus  airnya juga ya, hehehe

Tentang Profil Empat Warna Pelangi


Ngomongin profil, ingat gak kita tuh punya panggilan aneh, memang kalian terkadang punya tingkat kejahilan yang kadang yebelin, nama yang indah jadi jelek dan kadang mengundang tawa jika mengingatnya. Ok kita mulai dari paling tua dulu ya, eits sabar jangan marah dulu maksudnya yang paling dewasa pimikirannya, ia adalah sesosok perempuan anggun berkulit putih asli gak pakai pemutih yang nama lengkapnya tri sartika 25 januari 1995, anak perempuan satu-satunya dalam keluarga, anaknya cukup jail menurutku tapi enak diajak curhat, tau gak apa panggilan kebangsaannya Mak Padu’, entah siapa pencetusnya, tapi yang jelas karena ia memang banyak memiliki tahi lalat di wajah dan dalam bahasa melayu sanggau itu disebut padu, jadilah ia dijuluki mak padu’. Terus ia sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di Universitas Tanjungpura, jurusan PGPAUD. Kita doakan supaya apa yang ia inginkan tercapai ya, amin. Sebagai teman aku hanya berpesan padamu, seberat apapun kehidupan yang kau jalani semoga tetap kuat, dan jangan pernah mengadaikan hijabmu dengan apapun. Aku percaya suatu hari nanti pasti kau akan menjadi orang yang sukses.


 Profil selanjutnya ini tentang si Butet dari gua hantu eh bukan, si butet dari medan tentunya. Kelahiran 22 mei 1996, nama aslinya adalah Nursiyah Irma Yanti, nah si butet ini orang yang suka merusak nama orang, apalagi namaku, yang awalnya dipanggil sari jadi jaroy. Yang kuingat ia mengatakan bahwa saat ia menonton film Malaysia, pemainnya ada yang mirip dengan ayahku dan namanya jaroy, jadilah aku dipanggi itu. tapi aku juga punya kebangsaan untuknya dulu yaitu Sam (Sem), kenapa demikian? Karena waktu itu kata semi lagi populer di kepalaku, dan kebetulan ibunya berasal dari dari daerah yang namanya Sami, jadi kupanggil ia dengan nama Sem, impaskan, hehehe. Sekarang ia kuliah di Universitas     Muhammadiyah Yogyakarta jurusan PAI. Teman, aku tahu terkadang kau memilki permasalahan dengan kepercayaan diri, tapi tunjukan pada dunia tentang kehebatannmu, ingat impian yang sudah tertanam kuat di dasar hatimu.


Nah kalau yang ini si mungil hitam manis, dewi ismiyati, kelahiran 19 Desember 1995. Kalau yang ini gak ada julukannya, cause orangnya kalau udah marah susah dihibur. Dia hanya mau dipanggil ewit saja, jadi deh dipanggil ewit. Di balik benteng kekuataannya ada ibunya yang sungguh luar biasa menurutku, bisa membesarkan anaknya seorang diri, hingga jadilah ewit seperti sekarang ini. aku tahu di balik tembok hati tersimpan kesedihan yang mungkin tidak semua orang bisa menghadapinya, hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Mungkin karena sudah terbiasa, ia menghabiskan tanpa sosok itu, kesedihan itu pun tak diperlihatkan. Aku sungguh salut dengannya apalagi dengan ibunya. semoga dengan Allah memberikanmu kesempatan untuk mendapatkan beasiswa di Universitas Tanjungpura, fakultas ekonomi, akan membantumu dalam hal financial di masa depan. kita doakan, ya.


Tentang aku, dulu aku orang yang biasa-biasa aja, namun kalianlah yang  membuat hariku menjadi luar biasa, hehe alay ya. Kalau yang serius ya. Aku kelahiran pasti udah tahu 1 Agustus 1995, di desa tercinta Balai Karangan. Aku orang yang sedikit keras kepala, dan dulunya suka ngelamun, tapi gak sampai kesurupan. Hehehe. Aku oleh si butet dan kedua temanku ini sering memanggilku dengan sebutan Jaroy, awalnya aku gak terima, tapi lama-kelamaan ya sudahlah, bubur sudah menjadi basi. Aku orang yang memilki banyak impian, tapi kalau udah jatuh behhhh, terpuruknya minta ampun, dan kini mulai bangkit dengan kehidupan baru di IAIN Pontianak, semoga istitiqamah dalam menjalani kehidupan aja.

Spektrum keceriaan ala anak SD

Ngomongin tentang keceriaan, apalagi masa kecil saat duduk di bangku sekolah dasar, bagaikan sayur yang rasanya pas, hehe plus masa kecil sangat bahagia. Aku, butet, ewit, dan mak padu’ bersekolah di MIS al- wardah di Balai Karangan. Entah kenapa rasa kebersamaan itu muncul begitu saja. sebenarnya tidak hanya kami berempat yang berteman namun melainkan ada yang lain juga, maka kenangan ini kupersembahkan juga untuk teman-teman di masa SD yang pernah merasakan hal yang sama. Kalau mengingat masa SD itu loh, terkadang bisa senyum-senyum sendiri.

Ingat gak saat kita bermain di  depan kelas, pada waktu itu permainannya mungkin hanya satu-satunya yang ada dunia, yaitu bermain guling-guling di jurang, tapi jurangnya gak seseram yang kalin pikirkan ya, jurangnya cukup tinggi namun rumput-rumput yang tinggi menghiasi depan kelas, tapi ternyata ada manfaatnya juga bermain guling-guling di jurang ini, rumputnya hampir rata, tidak perlu dipotong lagi. Banyak  sekali kenangan di depan kelas itu, setiap kali aku menoleh ke arah sekolah kita teman.

Tapi, ada satu hal yang cukup mengelitik juga, ingat kan Tet, Wit, Kot, dengan yang namanya Maya, ia mengaku punya kekuatan bisa mengangkat sekolah, terus entah kenapa waktu itu dia, berjalan di depan jurang seperti orang kesurupan dan sampai di tepi jurang langsung pingsan, hahaha memang pembohong hebat ya, dulunya kita percaya-percaya aja hal yang begituan. Terus si Iga ingat gak dia bilang bahwa ayahnya pernah bawa mobil opletnya dengan cara terbang. Mungkin itu bisa dibilang dongeng tak masuk akal.

Ingat deh dulu waktu SD bertemannya juga ada genknya, kita termasuk genk alim. Soal penampilan uh, pada culun-culun deh. Ingat ada satu foto yang membuktikan bahwa keculunan itu sangat mengundang tawa, waktu itu aku masih memakai kerudung panjang, lucu aja sekolahnya pakai kerudung tapi baju dan roknya setengah tiang. Dan pada saat itu juga aku dipanggil panjang, sebelum dipanggil jaroy.

Ikatan rasa yang kuat

Setelah masuk masa SMP, kedekatan itu pun menjadi trend di setiap harinya, apalagi karena satu kelas, tapi hanya tikot yang beda kelas. aku merasa bahwa ewit, dan butet adalah sahabat yang tak terpisahkan waktu itu, ke mana-mana pasti selalu bersama, sampai waktu ngojek aja sering bertanjal. Hahaha. Banyak hal yang tak bisa kulupakan tentang kebersamaan itu, lewat kalianlah awal aku berani untuk menjadi orang mengukir impian. Ikatan rasa yang begitu kuat itu sulit untuk terhapus dari memori ini teman. Ingat gak saat kita mangang di rintau, aku merasa ikatan persahabatan itu terasa sangat dan sangat kuat, melebihi apapun. Sampai saat ini aku merasa rindu dengan kalian, rindu saat kita manggang ikan yang walaupun aku tak suka makan ikan, tapi aku suka masa-masa itu, tertawa sama-sama, dan melihat keindahan ciptaan tuhan bersama, sumpah rindu abis sob.

Foto di atas mungkin foto terakhir kita pada saat libur bulan puasa saat libur semester, tapi aku merasa visi misi kita telah berbeda, tapi semoga kapan-kapan lagi kita bisa ngumpul bareng. Juga encolet adalah momentum yang tak bisa terlupakan dalam kehidupan ini, hehehe. Sensasi sambal belacan buatan tika, dan ulekan si butet, dan melihat ewit dengan muka masamnya saat menyoletkan buah yang asam, atau sensasi tersedak ala diriku, hingga membuat diriku merasa untuk ribuan kalinya menyebut aku kangen kalian!!!!!

foto bersama teman-teman SD dan SMP














Senin, 16 November 2015

Salahkan Senyum Ini?


Salahkah Senyum Ini?

Ketika hatiku mulai bergetar sejak pertama melihatmu, aku tak mampu mengendalikan semua rasa yang berkecamuk dalam dada. aku mulai memberanikan diri untuk tersenyum padanya, berharap dia akan membalasnya. Tapi sejak saat itu juga untuk pertama kalinya aku merasakan sakit hati, dia memalingkan wajahnya, bagikan tersengat listrik, terinjak-injak gajah. Tapi dia juga orang yang tak bisa untuk kulupakan, bertahun-tahun lamanya hatiku seperti tersiksa jika memikirkan waktu di mana ia memalingkan wajahnya. Walau kucoba membawa hati ini berlayar jauh darinya.
“Iba, Iba, Ibaaaaa” Kila meneriakiku.
“Hah, ada apa?” aku pun terkejut bukan main.
“Ngelamun terus, lagi ngitung bintang ya. Hahaha. Bercanda aja kok. kamu ada masalah? “ ia duduk di sampingku di teras kos”
Aku tersenyum kecil sambil menghela nafas.
“Baru kali ini lihat kamu tersenyum, kalau boleh jujur ya, kamu tuh orang yang paling jarang tersenyum dan kalau diperhatiin ngelamun kamu tuh udah kelewatan deh. Lama-lama bisa jadi penyakit loh”
“Maaf, aku memang orang yang jarang untuk menegur sapa kalian, entah kenapa sejak peristiwa itu aku berhenti untuk tersenyum dan itu berlanjut hingga sekarang”
“Peristiwa apa itu?”
“Kamu tidak perlulah tahu, biarlah itu menjadi rahasiaku”
“Justru dengan kamu menceritakannya kita akan bisa mencarikan solusi terbaik, setidaknya meringankan rasa luka itu,”
Aku pun menghela nafas “Baik jika itu maumu,”
Cerita itu berawal dari rasa suka pada seorang pria yang sangat populer di SMA, sama seperti remaja-remaja perempuan lainnya, aku merasakan hal yang sama terhadapnya, ia juga cinta pertamaku. Aku melihatnya saat upacara bendera dilaksanakan, suaranya yang lantang menjadi komandan upacara, membuatku yang berada di barisan tengah terkejut dan berusaha untuk melihatnya, dan aku melihatnya begitu kharismatik dan wajahnya yang oriental sangat membuat orang betah berlama-lama memandangnya. Tak henti-hentinya mata ini berhenti untuk memandanginya.
Setiap pagi di ruang kelas aku selalu memandang ke arah pintu yang terbuka melihatnya bermain bola bersama teman-temanya atau melihatnya sekeder lewat untuk pergi ke kantin adalah pemandangan yang aku terima di setiap hariku, tapi tidak ada seorang pun yang tahu bahkan temanku sendiri pun tidak mengetahuinya. Aku senang ketika mendengar kabar burung tentang si dia dan pacarnya sudah putus. Aku pun berusaha keras menyusun rencana untuk mendekatinya, aku mengambil ekstra yang sama dengannya, seperti PMR, Pramuka, dan bahkan karate juga aku pernah mengikutinya demi mencari perhatiannya. Tapi aku tak pernah bisa untuk mendekatinya, rasa cinta yang begitu besar membuatku takut untuk mengatakan padanya secara terang-terangan. Tapi aku tak tahan lagi menahan rasa ini hingga pada suatu ketika peristiwa itu pun terjadi.
 Sampai pada suatu ketika aku berjalan melewati lorong-lorong kelas hendak ke kantin dan kebetulan melewati kelasnya, dan pada saat itu ia bersama teman-temannya sedang nongkrong di depan kelas, dengan tekad yang kuat aku memberanikan diri untuk tersenyum. Ketika pandangan mereka mengarah ke kami. lalu aku melihatnya, dan dengan teganya ia membuang muka menoleh ke samping dengan mengacuhkan senyumku. Saat itu rasanya bagaikan tersayat-sayat silet tajam. Hingga kami berlalu di hadapan mereka.
“Nah sejak saat itulah aku kehilangan energi untuk tersenyum lagi. Entah kenapa sejak kejadian itu berbagai cara untuk menghibur diriku, tapi tidak ada yang membuahkan hasil. Hingga aku tetap saja seperti ini” berdiri sambil menghembuskan nafas panjang.
“Jika kamu dipertemukan dengan dia, apa yang akan kamu lakukan Iba?”
“Aku ingin ia mengembalikan senyumku. Senyum yang membawa aku pada satu kebahagiaan” sambil menatap langit.
“Sebenarnya sikap kamu selama ini salah, percuma dong kamu pakai khimar yang pada hakikatnya untuk menutupi diri agar ada hijab di antara yang bukan mahrommu, tapi kamu masih hidup dalam bayang-bayang masa lalumu. Menurutku itu hal wajar Iba, namanya juga masa SMA, kamu harus bisa mengambil hikmah dibalik peristiwa itu, agar tidak mengumbar senyum pada sembarang orang. Percayalah teman Allah akan selalu berada di sisi orang yang selalu berusaha untuk memperbaiki dirinya, kalau boleh tahu orangnya siapa sih”
Telponnya pun berbunyi “bip, bip, bip”
“Sebentar dulu ya, si Irfan nelpon” ia berlalu meninggalkanku
“Irfan” pikirku,
“Maaf ya tadi, ada telepon dari irfan ia ta’arufan denganku”
“Irfan yang apoteker itu kan”
“Iya, Alhamdulillah ia sudah bekerja sekarang”

Aku diam seribu bahasa, mungkin rasa yang tak pernah ia tahu, hingga membuat diri ini kehilangan senyum Allah titipkan obatnya melalui orang yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Aku menatap ke langit malam. Dan aku tersadar bahwa untuk menyembuhkan luka lama, tidaklah sulit, melainkan kita harus ikhlas dan dapat mengambil hikmah dari itu semua. Senyum tak pernah salah, hanya yang salah adalah kondisi yang dipilih saat itu.

Minggu, 15 November 2015

ips 3 dalam kenangan


ips 3 dalam kenangan

Hay, Apa kabar keluarga besar ips 3. Menulis tentang kenangan saat SMA adalah hal yang ingin dilakukan sejak dulu dan akhirnya baru terealisasikan sekarang. Kupersembahkan tulisan ini teruntuk teman-teman, Apra Jirin, Arfiana, Atun, Anastasya Florensia, Agustina Dirga Ayu, Beni Vansius, Helena Tarini Yanti, Bambang, Espinul Miarsa, Mitha Valentina, Fransiska Martha, Maria Mariyanti, Hecris Natalia, Fitri Liliyanti, Liza Kurnia Sari, Reni Diarta, Fitri Wulan Sari, Nurhaliza NA. Utin Puji Ayuni, Surtika, Monica Clara Claudia, Serendi Mecos Alberto, Marsianus Filisitas Apra, Hari Fandinus, Hugo Charli, Christian Heron, Ezra Harian, Julianto, Nova Basilita, Joni, Steven, Trisisa, Shindu Alaska, Loren Florensius. Juga pada wali kelas Bu Ewa.
Awal masuk ips 3

Semua pilihan adalah keputusan hati yang tak perlu dikerdilkan lagi. Saat baru masuk di semester awal kelas XI, ada sebuah kejadian yang tak pernah kulupakan, yaitu ketika kami sedang mencari kursi untuk mengisi kursi yang kurang di kelas kami, tiba-tiba ada senior cowok yang nyeletuk semau hatinya berkata “ips 3 itu, kelas buangan” plak, sakita hati dan rasanya aliran darahku memicu untuk menamparnya, tapi kutahan emosi, dan berlalu begitu saja di sampingnya. Aku sempat bertanya-tanya kenapa aku harus berada di kelas ini yang katanya kelas yang paling banyak melakukan kejahatan. Awal masuk nyaliku sempat ciut, dari yang dulunya high class level sekarang ke kelas yang paling diremehkan.

Butuh seminggu mengembalikan moodku untuk focus belajar, dan akhirnya aku pun menerima dengan ikhlas. Tapi, yang kurasakan jauh apa yang dipikirkan orang-orang sebelumnya. Kelas ini menyimpan harta karun yang tak pernah orang tahu. Keramahan orang-orangnya membuatku merasa bahwa kelas adalah rumah keduaku. Canda-tawa mereka dari awal hingga kini masih terngiang di telingku. Awal yang baru menuju puncak menara impian.

Kebersamaan dalam kenangan
Ada banyak hal yang kami lakukan bersama, hingga sulit untuk melupakan kenangan masa-masa itu. pertama aku masih ingat saat kita sering bergosip bersama di kelas membicarakan hal-hal yang lagi booming. Saat kita bersantai di depan kelas hingga, duduk di atas kursi panjang dan bercerita tentang banyak hal.
Kebersamaan kita pun terekam dalam memori ingatan saat kita mengikuti lomba masak lemang antar kelas. baha membahu membuat adonan dan menunggunya hingga matang. Juga saat kita sedang tour pelajaran sejarah ke Pontianak. Di dalam bis rasa kebersamaan itu terasa sekali, Hari dan Heron yang menjadi penyanyi dadakan untuk menghibur kita semua hingga mengudang canda tawa. Banyak hal yang kita lewati bersama teman-teman. Jika kita mengingatnya rasanya ingin kembali lagi ke masa putih abu-abu itu.

Manusia super sibuk
Di ips 3 ada seorang anak manusia, yang kami juluki manusia super sibuk. Ia biasa dipanggil dengan Mang Apra, kami selalu memperhatikan gerak-geriknya. Jalannya yang begitu berwibawa, ketika berjalan ia selalu membusungkan dada berjalan dengan setegap-tegapnya, juga berjalan dengan cepat seperti orang yang selalu di kejar waktu. Ia banyak mengikuti ekstrakurikuler di sekolah seperti pramuka, ditambah lagi di kelas XI ia menjadi ketua osis, julukan itu makin melekat dari dirinya.

Manusia super sibuk ini kalau sudah mengeluarkan petuah-petuahnya begitu memukau, itu mungkin yang menghantarkannya menjadi ketua osis. Ia mendapat julukan manusia super sibuk karena jalanya yang begitu cepat itu, menandakan bahwa ia orang yang sok sibuk. Tapi berkatnya Ips 3 tidak dipandang sebelah mata lagi.

Mendapat panggilan Cemungut
Ini tentang aku, dulu pada pertengahan masa SMA, diriku memang sering melamun dan diam. Seperti orang yang kehilangan semangatnya. Sampai-sampai guru bahasa Indonesia saja pernah menegurku, karena terlihat begitu lemah dan menyuruhku agar tetap semangat. Hingga pada suatu waktu saat pelajaran olahraga, kami sedang berolahraga, aku duduk tanpa kata, dan tiba-tiba salah satu temanku yang bernama Espi nyeletuk “Cemungut dong Sari” dan panggilan itu berlanjut hingga waktu yang cukup lama. Pada saat itu aku dipanggil cemungut oleh teman-temanku.

Pernah saat pelajaran ekonomi, kelas XII, yang lagi mengadakan MID semester, saat itu entah kenapa menara konsntrasiku perlahanan pertahanannya goyah, hingga aku yang paling lama menyelesaikan soal itu, awalnya satu orang yang nyeletuk CEMUNGUT SARI, eh tahu-tahunya semuanya menyoraki dengan panggilan itu, sebenarnya aku bukan termotivasi, tapi makin panic. tapi aku rindu dengan panggilan, suara lantang kalian berusaha menyemangati ku dengan kata itu.

Panggilan  kebangsaan di sekolah
Di sma banyak sekali kenangan yang tak pernah dilupakan termasuk panggilan unik dan aneh, tapi ada satu teman yang menurutku perjalanan panggilan kebangsaannya masuk dalam sejarah hidup. Kronologis pristiwa itu pun berawal dari kelas X. Fahmi adalah temanku yang sejak dari SD memilki sasaran untuk melampiaskan kejahilannya hingga membuat anak orang menangis. Di SMA, dia juga memilki sasaran yaitu, seorang perempuan keturunan Jawa yang memilki tubuh lumayan berisi dan Fahmi sering menggangunya, sampai pada satu waktu si Fahmi ini spontan berkata “Eh Lan kau tu ya mirip dengan Momo Geisha deh, poni dan rambutmu juga mirip” dari situlah ia dipanggil dengan nama Momo Geisha.

Kelas X memang sedikit ilfil juga melihatnya. setiap bertemu dengan si Momo ini mereka mengangunya dengan duduk jongkok dan menagangkat tangan ke atas lalu berkata “Hormat kanjeng Ratu Momo” kalau gak salah bunyinya. Si Momo pun risih dan ia pun menangis tanpa siapapun tak berani mendekatinya. Pada saat itu pula ia hanya dipanggil dengan Momo saja. begitulah sejarah panggilan itu, bagi mereka yang angkatan 2010 pasti memangilnya dengqn sebutan itu.

KBC
Hal yang tak akan dilupakan juga saat di kelas ips 3 adalah, gebrakan yang dilakukan oleh anak murid cowoknya yang menamakan kelas mereka dengan KBC setahuku kepanjangannya yaitu kumpulan budak cakep. Dulu lagi ngetren member nama kumpulan kelas, bukan hanya kelas kami saja tetapi juga kelas ips 2 yang mereka sebut dengan MTL (macam Toci lah), itulah kelakuan aneh anak-anak SMA, yang terkadang mengundang tawa saat mengingatnya.

Rasa tak ingin kalah dan juga populer dari yang lainnya hingga terciptalah ide kreatiitas ini. KBC ini memang kebanggan kelas ips 3, dan mereka ukir juga pada saat acara lomba menghias kelas di lemari depan meja guru, semoga saja masih ada ya. Jika tidak mungkin dengan tulisan ini bisa menginagtakan kalian tentang ini. dan hanya kalianlah para pencetusnya yang tahu bagiamana peristiwa terbentuknya KBC.

Gank in the class
Kita memang disatukan dalam sebuah ruang yang memiliki tujuan yang sama tapi, memilki pikiran yang berbeda hingga terbentuklah kelompok yang merasa dirinya memilki kesamaan dengan yang lainnya, begitu juga di kelas Ips 3. Genk in the class yang paling sensional menurutku ialah genk yang terdiri dari Surtika, Fitri Liliyanti, Utin Puji Ayuni, Hecris Natalia, Espinul Miarsa, Agustina Dirga Ayu, dan Nova Basilita. Karena apa? Ya mereka sering menghebohkan satu kelas dan banyak sensainya. sedangkan genknya si Momo itu cukup kalem dan juga kompak mereka terdiri dari Momo itu sendiri, Reni Diarta, Mitha Valentina, Helena Tarini Yanti, Juga Fransiska Marta, terkadang juga Nurhaliza ikut di situ. Sedangkan yang cowoknya ada Apra, Hari, dan Heron yang selalu bersama, juga ada Ian, Steven, Bambang, dengan gaya so cool-nya itu. Rendi, Loren dan Juga Faisal yang selalu sibuk sendiri, si trisia dan Anas si malu-malu kucing, ada Liza kur dan Yanti yang tak terpisahkan, si Hugo sepertnya sering bersama si Nova in the Genk deh. Kalau si Beni itu kadang terlihat cool, tapi sering menganggu si Dede. Si Dede dan si Atun juga sering bersama.

Tapi walaupun mereka ada memilki genknya masing-masing, termasuk diriku juga, kami tidak pernah terpecahkan dalam hal apa pun. Meski terkadang kesalahpahaman itu ada, rasa persatuan itulah yang mengalahkan segalanya. Hingga membuatku semakin kangen kalian, guys.

Si genius
Menulis tentang kejenusan sebenarnya hal yang paling takut aku lakukan, tapi apa daya ketika menyinggung tentang kenangan hal ini yang paling melekat di pikiranku. Dalam mengarungi dunia pendidikan hal yang ingin dicapai ialah terserapnya sebuah ilmu, ada sebagian orang yang memiliki kepekaan yang begitu kuat hingga mendapatkan hasil yang memuaskan. Ketika kelas kami dikatakan sebagai kelas buangan, si jenius hadir dan menyelamatkannya,

Dialah Nurhaliza NA, memberikan cahaya pada kelas kami sesuai namanya. Lewat dirinya kelas kami mendapatkan predikat sebagai juara umum. Juga si Apra yang manusia super sibuk itu memukau lewat kejeniusannya membius orang-orang untuk memilihnya menjadi ketua OSIS, hingga IPS 3 mendapat nilai plus-nya.
Demam korea
Sebenarnya ini tentang aku sih, tapi virus demam korea itu kutularkan ke mereka di kelas IPS 3. Berawal dari menyukai drama Korean sejak berada di SD, dan memuncak di SMA, bisa dibilang Korean holic. Dan impian itu pun berawal dari korea, tidak hanya drama ataupun film-nya yang aku sukai tetapi juga lagu-lagunya, hingga berita seputar artis korea pun aku memburunya, dan merelakan sebagian uang jajan untuk ditabung untuk membeli tabloid Gaul atau  keren beken yang harganya pada saat itu berkisaran 12.000-10.000. sebenarnya niatku selain kepo tentang gossip artis korea juga memburu posternya untuk di temple di kamar,

Pada saat itu aku memang sedang di landa demam korea akut. Kamarku pun penuh dengan gambar oppa dan onny artis korea. Saking demam korea, pada saat berjalan di selasar bersama temanku, abang kelas yang lumayan wajahnya itu kubilang mirip Si Won personilnya SUJU, kawanku yang terkena virus juga mengiyakannya. Dari situ juga awal dari aku mengenal dunia tulis menulis. Selain membaca seputar korea aku juga membaca cerpen yang dikirmkan orang-orang ke majalah tersebut dan juga suka membaca cerbung serial backpacker karya Gol A Gong. Hingga aku memilki harapan suatu hari nanti bisa menulis seperti mereka.

Ritual Ujian Nasional
Tibalah saatnya untuk mengakhiri cerita tentang kenangan di sma ini, dengan mengenang saat UAN yang masih menjadi memok menakutkan pada masa itu, sehingga ujian nasional seperti sebuah ritual bagi murid-murid kelas XII dan menjadi penentu masa depan. kecurangan dan ketidakjujuran memang menjadi langanan setiap ritual ujian nasional tersebut, begitu juga dengan ips 3, tapi Alhamdulillah kami lulus 100%.

Teman-teman, meski kita memiliki banyak perbedaan baik itu suku dan agama, tetapi kita memiliki satu tujuan yaitu belajar. Hanya tulisan sederhana ini yang bisa kuberikan untuk mengambarkan rasa rinduku pada kalian. Meski kita sudah memilki kehidupan masing-masing, ada yang sibuk dengan kuliahnya, ada yang sudah menikah dan punya anak, juga ada yang kerja, semoga kalian tak akan pernah melupakan kenangan masa SMA itu. Aku ingin melukiskan kalian dengan sebuah pengharapan, tidak selamanya masa lalu itu selalu dilihat dari sisi buruknya, melainkan dari kisah indahnya sehingga terasa manis, semanis coklat.

foto jaman doeloe di grup kite

























Jumat, 13 November 2015

Buku Pengobat Galau Part 2


Wonderful Life

Saat melihat buku ini, yang ada dipikiranku adalah keren, dari gambar covernya saja sudah menunjukan bahwa buku ini didesain dengan art yang begitu tinggi, setelah ku buku lembar demi lembar buku yang ditulis oleh Amalia Prabowo diterbitkan pada tahun 2015, di Jakarta, oleh Pt Gramedia, berjumlah 169 halaman ini membuatku bertanya kenapa di setiap jeda lembarannya selalu disuguhkan gambar yang tidak biasa?



Awal dari bab tentang ME, si penulis bercerita tentang perjalanan hidupnya dari masa kecilnya berada dalam didikan yang disiplin hingga menghantarkan ia untuk mendapatkan prestasi akademik yang memukau, hingga ada satu pesan yang memikat hati, darinya “Kemalasan itu penyakit yang paling berbahaya, jangan pernah penyakit malas hinggap pada dirimu, ia akan menindasmu, dunia akan runtuh, masa depanmu akan gelap” dan kata ini juga bisa membuat pembaca berhenti sejenak untuk meresapinya “Hidup adalah perjuangan untuk memenagkan persaingan, tidak ada tempat bagi orang-orang malas di kehidupan ini, mereka akan malas dan tersingkir, mereka akan menempati posisi terbawah

ada sebuah hal yang harus kita  ketahui bahwa tidak akan abadi sebuah keadaan di mana kita akan selalu berada di puncak, maka ada kalanya kita berada di bawah, dan saat berada di posisi tersebut, ikhlas adalah hal terindah yang harus diterapkan seseorang, karena itu merupakan proses menuju puncak kesuksesan yang lebih tinggi lagi.  Sebuah penolakan, yang penulis alami merupakan sebuah cerminan untuk kita menjalani kehidupan dengan tabah, karena masih banyak lagi orang yang nasibnya tidak seberuntung kita sekarang ini.


Di bagian dua tentang HIM penulis menceritakan tentang kehidupannya yang baru bersama buah hatinya. Ketika kesuksesan telah diraihnya Tuhan mengujinya lagi melalui anaknya yang menderita disleksia. Hati ibu mana yang tidak teriris sembilu saat mendengar anak yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya akan jadi seperti itu. garis keturunan yang berintelektual, mustahil baginya bahawa keturunannya mengalami penyakit tersebut.

kesibukan dalam kesuksesan sempat membuatnya terlena hingga mengabaikan anaknya, itu memang  hal yang manusiawi, karena manusia merupakan tempat khilaf dan salah. Tapi yang membuat pembaca salut dengan seorang ibu tunggal dengan dua orang anak ini adalah keputusannya untuk berusaha menyembuhkan penyakit tersebut, namun tidak ada satupun pengobatan yang berhasil, hingga pada satu titik, saat sang anak sedang menggambar  si ibu merasakan telepati yang begitu kuat bahwa dengan melukislah sang anak menemukan bakat yang sesungguhnya, meski disleksia itu tak dapat disembuhkan, hal tersebut karena ia percaya pada kekuatan energy positif yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Ada beberapa kata yang bisa kita renungi bersama “Keluarga adalah salah satu sumber kekuatanku dalam menghadapi kejamnya hidup”



Bagian ketiga tentang US, berkisah tentang si penulis dan kedua anaknya. Aku terhenti sebentar saat membaca bahwa terkadang Tuhan menitipkan nasehat atau solusi melalui mulut atau ucapan orang lain, hingga kerapuahan perlahan berubah menjadi sebuah semangat untuk berjuang kembali. Dan sang penulis berhasil menemukannya, hal tersebut bisa terlihat dari kata-kata indah yang dilukiskannya “Ternyata komunikasi membutuhkan wahana, ia tidak terjadi dengan sendirinya, wahana itu harus kita ciptakan” juga “ketika aku mulai membuka mata dan hati, aku kian merasakan berkah tuhan, kasih sayang tuhan”

Cerita tersebut sebagai peringatan kepada kita, bahwa tidak ada manusia yang hidupnya sempurna. Dalam keterbatasan terkadang kebahagiaan itu dirasakan saat berjuang menghadapinya. Seorang yang sukses dalam karirnya saja diberi ujian melalui anaknya, itu pertanda bahwa Tuhan menegur kita agar jangan terlena dalam sebuah kesuksesan yang hanya sementara. Pada halaman terakhir ini pertanyaan ku terjawab sudah. kulihat pada halaman awalnya bahwa sang ilustratornya Gambar cantik nan indah ini adalah karya dari seorang anak yang bernama  Aqqilurachman A. H. Prabowo yang juga menderita disleksia, kejutan yang tak terduga bagiku untuk mengakhiri buku ini.

Catatan di akhir tulisan, bahwa keterbatasan tak akan membatasi kita untuk berkarya, hanya ada kemauan saja, juga sebuah keyakinan yang kuat semua itu bisa terjadi, hal tersebut telah dibuktikan melalui kisah seorang ibu tunggal yang begitu sukses yang memilki anak menyandang disleksia. Meski sempat terkatung-katung memilih arah mana yang harus di tempuh, saat itu lah Tuhan mulai memperlihatkan titik terng secara perlahan, dan hasilnya sangatlah berlipat-lipat nikmat kebahagianan. Aku ingin menyampaikan bahwa, membaca kisah kalian memberiku semangat baru dan bersyukur atas nikmat yang diberikan, dan akan terus berkarya meski sederhana.

perlu tahu!!!




Kamis, 12 November 2015

Kau Banyak Menginspirasiku, Teman




Kau banyak menginspirasiku, teman

Kali ini aku akan menceritakan, sebuah inspirasi dari seorang teman yang bernama nurhaliza na, yang biasa dipangil Nur, Liza, Iza, dan Ja. Tapi aku memanggilnya dengan nama Ja. kelahiran Balai Karangan, 21 juli 1996,  merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara. Aku sudah mengenalnya sejak duduk di bangku smp.  Saat duduk di kelas VII kami hanya sekedar bertegur sapa biasa saja. Tapi, kami dipertemukan di kelas VIII A, sejak saat itu aku mulai berteman dengannya.

Sejak SMP aku memang sudah kagum dengan kejeniusannya. Sosoknya yang kalam, tidak memperlihatkan bahwa ia adalah seorang yang sangat pintar. Namun kepintarannya itu sempat dimanfaatkan oleh orang yang bisa dibilang sangat dekat dengannya. Saat SMP ia hanya bisa meraih juara 2, dan ia selalu bercerita tentang someone specialnya, tapi ia kembali memukau lewat ujian nasional yang merupakan nilai tertinggi kedua.

Aku baru benar-benar mengenalnya pada saat SMA, dikarenakan kami duduk sebangku sejak di kelas X A. Aku banyak belajar tentang kehidupan darinya. Belajar untuk hidup hemat dan sederhana, yang dulunya aku begitu boros hingga sekarang masih aku aplikasikan dalam prinsip hidupku. Karena kau juga teman aku berusaha menjadi orang yang mempertahankan kejujuran apalagi saat ujian semester, pengalaman pernah dikhianati orang terdekat yang memanfaatkanmu, mungkin memberimu pelajaran, dibalik semua itu ada hikmah yang didapakan yaitu sebuah pendewasaan.

 Meski umurmu yang masih muda, tapi pendewasaan selalu diperlihatkan disetiap gerak-gerik langkah hidup yang kau jalani. Aku terkesima saat kau bercerita padaku bahwa pernah bekerja di PT Sawit sebagai buruh pemotong rumput,  merasakan berdiri di antara mereka di atas truck pengangkut pekerja sawit, juga merasakan keringat menjadi seorang buruh tidaklah mudah, kau belajar memperoleh uang dengan hasil keringat sendiri, kau juga pernah mengikuti orang membuat kue lebaran, hampir di setiap bulan puasa saat SMA ia mengikuti mereka, tidak hanya uang yang didapatkan melainkan juga belajar pembuatan kuenya juga diberikan kue lebarannya.

Namun, aku salut dengannya urusan pribadi  tidak pernah mempengaruhi kefokusan sekolahnya. Ia adalah sosok yang memilki tingkat kefokusan yang tinggi, itu terbukti saat ulangan semester 1 di kelas X pada saat itu ia bisa dibilang sedang sakit demam, tapi hasil ulangannya begitu menghebohkan satu sekolahan, ia mendapatkan nilai yang sangat sempurna yaitu 100, hingga itu yang menjadi tolak ukur orang tua banyak menyekolahkan anaknya ke SMA kami, bahkan orang-orang di dalam sekolah hingga di luar sekolah mengetahui hal tersebut. Aku pun tak pernah menyangka bahwa kekuatan kefokusan bisa mengalahkan keterbatasan yang kita milki.

Kehebohan itu membawanya menuju peringkat juara umum di sekolah, dan kami membuktikan bahwa apa yang mereka katakan bahwa IPS 3 adalah kelas buangan itu tidak benar, kami membuktikan lewat prestasi yaitu melalui juara umum oleh Nurhaliza dari kelas X hingga kelas XII,

Aku juga belajar tentang sebuah keikhlasan, saat kita merasa ditindas sebuah ketidakadilan. Hal itu menyangkut tentang kepantasan, saat itu ada ada sebuah olimpiade sains atau lebih dikenal OSN, memang pada awalnya namanya dipanggil karena yang akan mengikuti kegiatan tersebut satu pelajaran dua orang, namun karena ada perubahan teknis hal tersebut diubah dan oleh guru pun ia tidak dipilih untuk mengikuti kegiatan tersebut dan ia lebih memilih peserta yang satunya, menurutku itu sangatlah tidak adil, prestasi juara umum sudah jelas ia dapatkan, kurang apa lagi untuk membuktikan sebuah kepantasan, tapi ia tidak pernah protes. Pada saat itu juga aku yang awalnya menjadi peserta pun akhirnya memutuskan untuk mundur dari olimpiade tersebut, karena aku tidak suka sebuah ketidakadilan, dan belajar untuk mengikhlaskan dan percaya akan ada yang terbaik di masa depan.

Tahukah teman,  kau banyak menginspirasiku, bahkaan kau merupakan gerbang awal aku mengenal dunia tulis menulis. Kata penulis aku kenal dari mulut mu. Dulu aku mengira menjadi seorang penulis itu karena tulisan tangannya bagus, namun seteleh proses yang begitu panjang akhirnya aku tahu bahwa hakikat dari sebuah arti menulis itu, memilki makna yang begitu besar untukku sekarang. Teman tahukah engkau saat engkau menggoreskan pena dengan tintatnya yang menari-nari di atas kertas kosong mengukir bahwa kau ingin menjadi penulis, hal itu membuatku merasa anah, dan itu merupakan cit-cita yang konyol, tapi pikiran itu sekarang berbalik, bahwa seorang penulis itu adalah sebuah panggilan jiwa, yang tidak hanya menulis di kertas tetapi menulis yang menyentuh hati orang-orang adalah cita-cita yang paling mulia.

Itulah awal aku mengenal dunia tulis menulis, terima kasih teman karena telah menjadi inspirasi di bagian hidupku. Mungkin kita tidak bisa sering bertemu seperti dulu lagi, bercerita tentang banyak hal, tapi tahukah kau bahwa aku merindukan masa-masa itu, bercerita tentang impian-impian kita juga tentang masa depan.
Walau kita berada di dimensi yang berbeda sekarang, aku tak kan melupakanmu teman, seumur hidupku. Aku masih ingat saat kita mengurus beasiswa, hingga berbulan-bulan tak tentu arah mengurus surat menyuratnya, dari situ juga aku banyak belajar tentang sebuah keyakinan. Karena itu kau dan keyakinanmu membawa ke dirimu yang sekarang, sedangkan aku yang dengan keyakinan yang tak pasti membawaku ke sebuah stagnan di hidupku.

Ketika Koran itu membawa kabar berita bahagia dan juga kabar duka. Kaulah yang dipilih untuk mendapatkan keberkahan dengan namamu tercantum diterima menjadi mahasiswa akuntansi dengan beasiswa penuh, sedangkan debut pertamaku dikoran mendatangkan kabar duka namaku masuk dalam kolom cadangan di kolom bahasa dan sastar Indonesia, hingga berbulan aku terkatung-katung menunggu sebuah ketidakpastian. Semoga suatu hari nanti nama kita akan terukir dengan prestasi memukau di Koran, amin.
Dari kegagalan yang kita alami, ada banyak hikmah yang bisa diambil sebagai pelajaran. Kita harus merelakan  terhadap apa yang kita perbuat, jika keyakinan bisa membuat semua hal menjadi nyata, maka kita butuh hal yang bisa menginspirasi kita untuk bertahan di rasa itu, dan kurasa kau adalah bagian dari orang yang berpengaruh dihidupku, teman. Semoga apa yang kau inginkan menjadi kenyataan  dan menjadi orang yang bisa membanggakan orang tua, agama, dan bangsa.

Dengan menulis tentangmu, sedikit meringankan ketegangan hidup yang akhir-akhir ini aku alami, semoga setiap curahan hati ini akan mendatangkan semangat baru untuk kita. Mungkin kau pernah merasakan ujian yang begitu berat dalam hidup, tapi pertahankanlah sikap keikhlsan itu. berdamailah dengan masa lalumu yang menyakitkan, juga mereka yang pernahmenghiantimu, percayalah semua itu hanya proses untuk membawamu pada puncak keberhasilan. Terima kasih teman, inspirasimu hidup dalam setiap gerak nafasmu, semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi setiap orang yang membaca tulisan ini.




Rabu, 11 November 2015

Buku Pengobat Galau Part 1



Life’s Journey

 Saat membaca buku Lifes Journey karya bapak Komaruddin Hidayat, dicetak pada tahun 2013, yang berjumlah 280 halaman. Diterbitkan di Jakarta oleh Noura Book. Gaya bahasanya yang santai namun mendidik cocok dibaca semua kalangan. Buku ini membicarakan tentang menyemangati seseorang dalam pandangan psikologi, karena memang beliau ahli dibidang psikologi dan terkenal dengan buku Psikologi Kematian.

Buku Lifes Jorney ini dipinjam di perpustakaan daerah provinsi Kalimantan Barat, dan selesai membacanya sekitar 6 hari. Alasan mengapa memilih buku ini, kronologisnya sebagai berikut, dikarenakan semangat mulai menurun, ada sebuah inisiatif untuk mencari buku motivasi, dan pada saat melihat deretan buku motivasi, buku ini tidak menarik perhatian, tapi setelah dipikir-pikir aku memutuskan untuk mengambil buku ini. Aku suka buku ini adalah karena bahasanya yang santai dan tidak bertele-tele  sangatlah keren. Hingga ada beberapa kutipan dari buku ini yang kurasa patut diselipkan sebagai arsip bahwa aku pernah membaca buku ini, berikut kata-katanya.

Halaman 87 memuat kata-kata “Dalam diri manusia terdapat dorongan laten untuk menjadi sang alturi, yaitu perasaan bahagia melihat dirinya bermakna ketika sanggup membahagiakan orang lain.

Karena berhubung hari pahlawan aku juga suka dengan kata-kata ini “Kita pantas berbangga dan respek kepada para pejuang pendiri bangsa dan Negara, tanpa mereka kita tidak akan merasakan bebas dalam hal apa pun"

Di halaman 102 ini membuatku menganggukan kepala sambil memelototinya “Dalam setiap diri manusia selalu tersembunyi bakat yang hebat untuk menciptakan karya yang hebat pula. Setiap individu memiliki talenta untuk berbuat besar sebagai warisan hidupnya.” 

Ini yang wajib kita ketahui “Tiga pilar kebahagiaan seseorang, yaitu having a good family life, having a good job, dan having good friends and community.”

Kata-kata ini membuatku tersadar kata-kata yang sering diucapkan pada seseorang tanpa seni, menjadikanya sebuah seni topik dalam tulisan “Sibuk seakan menjadi mantra baru. Ketika bertemu teman, dulu orang masih sempat berbincang-bincang tentang kehidupan keluarga dan cerita hobi masing-masing. Sekarang semuanya telah berubah, pertanyaan yang kerap muncul adalah: sekarang lagi sibuk apa?”


Memang ada banyak kata-kata yang menggigit dalam buku ini, tapi rasanya hati ini belum mengena, dan membuatku untuk tidak berhenti mencari buku-buku seperti ini lagi. Jika kalian ke PUSDA jangan lupa baca buku ini ya, hehehe.

Selasa, 10 November 2015

read a book by Pramoedya AT





Huruf

Wahai huruf, Bertahun kupelajari kau,
Kudekati faedah dan artimu, Kudekati kau seban hari,
Saban aku jaga, Kutatap dikau dengan pengharapan,
Pengharapan  yang tidak jauh. Dari Hendak ingin dapat tahu.

Tetapi kecewa hatiku. Kupergunakan kamu
Menjadi senjata di alam kanan, Belum juga berfaedah
Seperti yang kuhendakan. Selalu dikau kususun rapi
Di atas kertas pengharapan yang maha tinggi
Tetapi….
Bilalah aku diliputi asap kemenyan sari,
Tak  kuasa aku menyusun kamu Hingga susunan itu
 dapat dirasakan pula oleh segenap  dunia
Sebagai yang kurasa pada waktu itu.

Alangkah akan tinggi ucapan Terima kasih,
bilalah kamu menjadi buku terbuka,
Bagi manusia yang membacanya
Kalaulah aku direndam lautan api,
Hendaklah kamu merendam pembacamu

Bilalah aku disedu pilu, Hendaklah kamu merana dalam hatinya.
Huruf, huruf…….
Apalah nian sebabnya maka kamu Belum tahu akan maksudku.,


saat membaca rasanya menggelinding seperti judul bukunya. Buku ini memang sudah lama diterbitkan sekitar tahun 2004, berjumlah 576 halaman tapi, ini merupakan buku yang harus dibaca oleh mahasiswa sastra atau orang yang menyukai sastra, siapapun ia juga harus membaca buku ini. dari halaman awal pembaca disugguhkan dengan puisi tentang huruf, yang membuat orang-orang jatuh hati untuk membacanya.
Bapak Pramoedya Ananta Toer menulis buku ini dengan sepenuh emosi yang begitu kuat. Hingga pembaca bisa merasakannya lewat kata-kata dalam ceritanya. Buku ini juga berkisah tentang sebuah kritikan tentang kehidupan baik itu pemerintahan, sastrawan, juga tentang bahasa Indonesia.

Ada kata yang kusuka saat membaca buku ini terlihat pada halaman 313 “Penaku menggigil, dan tinta mengotori tanganku. Berulang-ulang pesawat melampaui  tinggi enamribu meter, dan tinta bocor dari tangkinya, membocori kantong pena dari kantong pelastik hingga kini bocor – terus membocori jari. “ begitu puitisnya kata-kata ini hingga bisa membius orang untuk terus membaca buku ini

Aku banyak belajar dari seorang Bapak Pramoedya Ananta Toer, meski terkadang bahasanya sulit dimengerti, akan tetapi banyak pelajaran yang didapatkan seperti sebuah kritikan itu tidak harus ditulis dengan gaya yang tegas dan kaku, dengan tulisan yang santai namun serius juga dibungkus dengan cerita membuat buku sangat menarik untuk dibaca.


Senin, 09 November 2015

Menanti senja di khatulistiwa



Menanti Senja di khatulistiwa

Berdiri di antara tembok yang memisahkan sungai dan daratan adalah saat yang menyenangkan. Melihat ke arah sungai Kapuas yang luas, seakan carut marut pikiran terasa hilang  bersama hembusan angin. Meresapi belaian angin terasa segar karena sensasi aromaterapi bau tanah sehabis hujan. Hujan di hari Minggu membawaku ke petualangan ini, tiada kata yang tepat menggambarkan suasana hati saat itu selain kata “Amazing”

Minggu, 1 Oktober 2015, aku bersama temanku yang kupanggil Muam pergi ke kampung halamannya di Segedong. Hal tersebut memang sudah lama direncanakan, tapi baru direlisasikan sekarang. Ada sebuah keraguan saat hendak pergi ke sana, karena bentrokan dengan jadwal wawancaraku untuk masuk grup menulis nasional. Aku beranggapan bahwa hujan adalah pertanda rencana itu bukanlah yang terbaik dan rencana pertama adalah sebuah janji yang harus ditunaikan.

Setelah keraguan itu mualai hilang, Aku hanya berharap dan menantikan senja di Minggu sore, setelah semua perjalanan yang dilalui. Pukul 09. 30, motorku melaju di antara suasana mendung, kami melalui Siantan, kemudian Batu Layang, lalu Wajok, dan Jungkat, hingga akhirnya sampailah di Segedong. Di tengah perjalanan pada saat melalui Jungkat hujan sangatlah deras, hingga harus berteduh sejenak. Sekitar setengah jam hujan pun belum reda-reda, kami pun memutuskan untuk menmbus hujan yang tidak terlalu kuat.

Sesampai di rumah Muam, ada sebuah pemandangan indah saat seorang ibu menunggu kedatangan anaknya di teras rumah. Terlihat juga seorang adik kecil yang imut dan manis menanti kedatangan kami.  Sebuah pelajaran baru di mana kita berada di tempat yang belum pernah didatangi, meski hanya setengah hari, tapi banyak pengalaman yang aku dapatkan dari keluarga kecil ini. Terutama saat bersama adik permpuan Muam yang bernama Fitri berusia 7 tahun, ia mudah sekali untuk mengakrabkan diri. Keceriaan gadis kecil ini memberiku inspirasi untuk menjalani hidup lepas tanpa rasa kaku.

Suasana Minggu siang yang sayu, memberikan rasa nyaman saat bersantai di teras rumah temanku ini. Di tengah rintik-rintiknya yang tanpa henti, Fitri yang comel dan mengemaskan bercerita tanpa jeda kepadaku tentang sekolah dan temannya, hingga mengundang tawa yang tak tertahankan. Sementara itu Muam dan ibunya yang berada di dapur ikut tertawa mendengar suara Fitri yang lantang hingga terdengar sampai ke dapur. Kedua keluarga antara anak dan ibunya ini, melepaskan rasa rindu dengan memasak bersama hingga selesai.

 sampai akhirnya hujan pun  mulai reda, temanku pun mengajak untuk pulang pada pukul 15. 30, karena kata ibunya biasanya hujan di Segedong tidak akan benar-benar reda hingga malam hari. Mendengar pernyataan seperti itu kami pun pulang setelah makan. Sebenarnya aku masih ingin lama-lama di sana, karena ingin mendengar lebih banyak lagi cerita dari Fitri.

Motorku pun melaju pergi meninggalkan Segedong dengan rintik-rintik hujan yang masih tersisa. Ada beberapa rencana yang kami ingin lakukan selain pulang kampung Muam, yaitu berwisata di Jungkat Beach. Pada pukul 16. 15, tibalah aku dan temanku di sana, suasannya cukup sepi, mungkin karena faktor hujan. Setelah membayar tiket masuk sebesar 5.000, motorku pun melaju menuju batas antara Sungai Kapuas. Saat melihat sungai yang masih terasa mendung, aku hanya berharap bisa melihat senja yang indah di batas sungai dan langit, meski tak bisa melihat lembayungnya, tanda-tanda kemunculannya saja sudah cukup bagiku.

Senja adalah fase yang paling indah dan romantis, salah satu impianku adalah berdiri menatap langit untuk menyaksikan fase demi fase hingga membentuk senja yang indah. Di sana aku tak hanya menanti senja, tapi juga berfoto-foto di beton pembatas antara sungai dan daratan, ada beberapa wahana yang ditawarkan seperti bebek engkol kemudian memancing. Pada saat berkeliling kolam untuk mencari engel foto yang bagus tiba-tiba ada beberapa bapak-bapak yang lagi menuunggu pancingannnya dan seeorang dari mereka bertanya “Bagaimana dek pendapat kalian di sini”, dengan penuh senyuman kami menjawab “Lumayan Pak”.

Jam sudah menunjukan pukul 16. 40, hingga kami pun bergegas untuk pulang menjalankan misi selanjutnya untuk pergi ke Tugu Khatulistiwa. Sesampai di sana, jam menunjukan pukul 17. 01, masuk ke dalam area tugu hanya cukup membayar parkiran sebesar 2000 rupiah. Tapi, sayangnya kami tidak bisa masuk ke dalam tugunya sehingga hanya bisa berfoto di sekitar tugu saja. Saat kami mengambil gambar ada seorang tentara yang cukup tampan, sehingga temanku tanpa sadar mengatakan “Kita foto yuk dengan abang tentara itu” aku hanya tercengang mendengar perkataannya, tak disangka teman si tentara itu mendengar perkataan temanku tadi ia pun berkata “Foto aja dek dengan abang ini, kebetulan si abang ini lagi jomblo”. Temanku langsung memerah mukanya, rasanya muka ini tebal mendengar perkataannya tadi, si temanku ini pun sebenarnya ingin mengiakan tapi kutahan. Tapi kalau dipikir-pikir kenapa tentara itu ada di situ ya? Jangan-jangan emang mau cari jodoh. Hahaha.

Tidak banyak kata yang ingin kusampaikan untuk mengakhiri tuliasan ini mungkin hanya saat kita berada di tempat yang berbeda kita akan banyak belajar hal-hal baru, itulah yang akan membawa kita pada sebuah proses pendewasaan diri. Di akhir kata, terima kasih ibunya Muam atas makanannya yang enak, kemudian juga Fitri semoga selalu diberikan kelancaran dalam menuntut ilmu, juga Mu’ammaliah jangan keseringan galau.

Danke, Sob Muam Miss Kepo

SUASANA DI JUNGKAT BEACH


MISS KEPO LAGI BERPOSE